Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merpati Tak Bersayap

30 Mei 2016   22:17 Diperbarui: 30 Mei 2016   22:20 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak tanpamu!"  

"Mas!"

"Minggirlah!"

Sinta malah berjalan ke depan Satria, menatap Heru, "biarkan dia pergi, aku akan tetap di sini!" katanya. Satria terbelalak, "Sinta!" panggilnya.

"Ini sudah menjadi rumit Sinta, dia sudah berani meremehkanku!" seru Heru menarik Sinta ke sisinya. Sementara orang-orang itu langsung menyerang Satria. Meski memiliki kemampuan bela diri tapi melawan orang sebanyak itu yang juga berpengalaman menghajar orang tentu saja membuat Satria kewelahan.

Ia mulai babak belur, membuat Sinta panik dan ketakutan.

"Bang, hentikan mereka bang. Aku mohon!" rengek Sinta. Tapi Heru masih diam menyaksikan, Satria sudah tak berdaya di serang orang-orang itu.

"Bang Heru, aku mohon hentikan mereka. Mas Satria bisa mati," tangisnya, "aku akan tetap di sini, aku janji. Aku tidak akan menemuinya lagi, aku tidak akan berfikir untuk pergi darimu lagi. Aku mohon lepaskan dia...!" tangisnya. Heru meliriknya, "aku mohon bang..., aku akan turuti semua perintahmu. Hentikan mereka aku mohon...!"

Bang Heru membawaku menuju mobilnya tanpa menghiraukan tangisan dan rengekanku. Ia segera menuju Wisma. Melemparku ke kamarku, "kauitu sudah jadi milikku, asetku. Persetan dengan hutang-hutangmu, kau...akan tetap berada di sini, selamanya. Ingat, selamanya!"

Malam itu adalah kali terakhir aku bertatap muka dengan Mas Satria, satu-satunya pria yang pernah menggetarkan hatiku. Yang mampu menghargaiku meski tahu siapa aku. Kabar selanjutnya yang ku dengar tentangnya dari pemberitaan di media. Ia koma selama beberapa bulan pasca penganiayaan itu. Dan semua itu karena aku, aku sadar..., sekali aku menyetujui syarat bang Heru, aku tidak akan bisa lepas darinya. Aku juga sadar, cinta itu bukan untuk wanita seperti kami, sepertiku. Karena saat kami menginginkan cinta pada seseorang, maka hal itu hanya akan membuat orang itu celaka. Mimpi yang sempat hinggap dalam otakku ketika mengenal Mas Satria, aku tak berani lagi memilikinya. Kini, aku terjebak di sini. Tak ada yang bisa ku lakukan, bahkan untuk menepati janjiku pada Sasa, aku tak bisa. Dan mungkin, aku juga tak akan bisa melihat Sasa lagi selamanya. Hanya do'a yang bisa ku panjat agar Sasa mendapatkan masa depan yang baik. Meski aku tidak tahu, apakah Tuhan...akan berkenan mendengar do'a dari wanita sepertiku.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun