Bahkan ketika dirinya menceritakan baru saja keluar dari penjara anak-anak, pria itu tak menampakan ekspresi jijik atau semacamnya. Masih bersikap biasa saja, seperti selama ini.
"Om, om tidak malu jalan dan makan berama mantan napi seperti aku?" tanya Sonia tiba-tiba, membuat Edwan mengernyit dengan pertanyaan itu, "kenapa harus malu?" tanya Edwan balik.
"Aku..., pernah di penjara. Karena membunuh!"
Edwan tersenyum lembut, "kau melakukan itu karena terpaksa, jika om yang ada dalam posisimu om juga akan melakukan hal yang sama. Sudahlah, tidak usah membahas itu lagi. Lalu, bagaimana dengan Dimas, apa kamu menyukainya juga?"
"Om ini bicara apa?" sahut Sonia bersemu malu-malu, "sekarang bagaimana dengan om, apakah cinta om terhadap wanita itu begitu besar sampai om belum menikah sampai sekarang?" balasnya.
"Kok jadi ke om?"
"Memangnya kenapa, om terus saja mengorek masalah pribadiku. Apa aku tidak boleh juga begitu?" kesalnya. Edwan malah mengeluarkan tawa merdu, ia senang Sonia sudah tidak bersedih lagi karena masalahnya dengan Rocky. Gadis ini memiliki latar belakang yang rumit, tapi baginya itu terdengar luar biasa.
* * *
Ketika keluar dari gedung sekolah meuju parkiran, Langkah Dimas harus terhenti ketika melihat papanya menghampirinya, "papa, papa ngapain di sini?"
"Menjemputmu!"
"Dimas bawa motor pa!"