"Dia bahkan tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu, tentang...siapa namanya...?"
"Nancy, namanya Nancy!" potong Edwan.
"Ya, Nancy!" desisnya menyahuti, ia menyunggingkan senyum getir di bibirnya. Merasa cukup bodoh, hampir semua orang tahu tentang pertunangan Rocky, kecuali dirinya.
"Ada yang pernah berkata padaku, bahwa hubungan Rocky dengan Nancy tidak bisa di ganggu gugat dengan apapun. Itu artinya..., Rocky hanya akan menikahi Nancy kan?" serunya pedih, "lalu kenapa, dia harus mendekatiku?" tanyanya. Edwan hanya diam menatapnya, "menawarkan cinta yang tidak mungkin, bahkan menjanjikan sebuah harapan!" matanya mulai sembab, "dia bilang dia mencintaiku,____!" sebutir airmata jatuh melewati pipinya, "apakah menurut pria seperti kalian..., kalian bisa dengan semaunya mempermainkan perasaan para gadis seperti kami?" seru Sonia.
Edwan cukup terkejut dengan ucapan Sonia. Pria seperti kalian, apa maksudnya?
"Katakan padaku om, apakah...,"
"Sonia, mungkin Rocky punya alasan, kenapa dia tak memberitahukanmu tentang Nancy!" potong Edwan. Sonia tertegun, kenapa om Edwan seolah membela Rocky. Seakan-akan apa yang Rocky lakukan itu benar? Ia memberikan tatapan yang lebih menusuk kepada pria itu, dengan mata basah.
"Sonia, jujur. Om tersinggung dengan kalimatmu tadi," ucap Edwan, "kamu berkata..., seolah om adalah salah satu pria yang suka mempermainkan wanita. Apakah om terlihat seperti itu?"
Sonia menurunkan pandangannya ke meja. Tak menyahut.
"Ok, mungkin kamu kecewa sama Rocky karena tidak jujur dengan statusnya. Dan sekarang kamu menatap om seolah om bersekongkol dengannya,____om tahu betul bagaimana hubungan Rocky dengan Nancy. Karena..., Nancy itu keponakan om!" aku Edwan.
Seketika Sonia mengembalikan pandangannya ke wajah Edwan, membalas tatapan pria itu dengan tatapan tak percaya, "apa?" desisnya.