"Dia meninggal karena kecelakaan mobil, jadi...kami tak pernah menikah. Sejak itu..., om memutuskan untuk menolak semua gadis yang di tawarkan orangtua om. Jadi sampai sekarang, om nggak menikah. Dan..., gadis yang om cintai itu bagaimana?"
"Dia menikah dengan pria yang di cintainya, dan hidup bahagia. Tapi...!"
"Tapi kenapa om?"
"Suatu hari dia menghilang entah kemana, kami mencarinya kemana-mana dan tak pernah menemukannya. Om berharap, dia masih hidup!"
"Bagaimana bisa?"
"Ceritanya panjang, tapi mungkin...lain kali saja om ceritakan!" hindarnya, "oya, om belum tahu tentang keluargamu. Kamu belum sempat cerita tentang mereka!"
"Keluargaku om?"
"Iya, ceritakan tentang ibumu, ayahmu!"
Sonia diam menurunkan pandangannya beberapa saat, "mereka sudah meninggal om, beberapa tahun lalu!" sahutnya lirih. Edwan terkesiap, "oh..., maaf!"
"Nggak apa-apa, aku senang om menanyakannya. Terutama tentang ibu, karena aku merasa bahagia saat mengenang ibu." sahutnya dengan senyum kecil, "ibu adalah orang yang sangat baik, beliau hampir tak pernah menyakiti siapapun. Sayangnya..., kebahagiaan tidak berpihak padanya. Ayahku seorang preman pasar, hampir setiap hari..., dia memarahi dan memukul ibu, bahkan aku!" ungkapnya.
Edwan menatapnya tercenung, ternyata gadis di depannya tak seberuntung yang ia kira.