"Titipkan saja motormu di sini, kamu ikut papa!" perintahnya,
"Tapi pa, Dimas mau...,"
"Ke bengkel Gio, membantunya menjadi montir rendahan." potong Remon, "Dimas, itu sudah sangat keterlaluan, kamu itu pewaris tunggal perusahaan papa. Nggak pantes kamu mengerjakan kerjaan seperti itu!" cibir Remon. Dimas melirik Bayu, Gio dan Ian melalui bahunya.
"Sudah cukup Dimas, papa membiarkan kamu bergaul dengan mereka. Tapi bukan berarti juga harus menjadi mereka, kamu harus ingat siapa kamu dan siapa mereka. Mulai sekarang, batasin diri kamu dari mereka!"
"Pa!"
"Masuk ke mobil!" suruh Remon dengan suara lantang, "Tapi pa!" protes Dimas yang langsung di potong kembali oleh Remon.
"Kamu mau menurut sama papa, atau papa akan membawamu dengan paksa ke Amsterdam. Jauh dari mereka," ancam Remon. Dimas menggerutu menatap papanya dengan sorot protes, "masuk mobil, Dimas!" geram Remon menekankam kalimat itu.
Dimas segera berjalan cepat ke mobil papanya, menghempaskan diri dengan kesal. Tentu ia tidak akan mau pergi ke Amsterdam, apalagi sekarang ada Sonia. Ia akan memperjuangkan perasaannya terhadap gadis itu, ia tidak akan membiarkan seorangpun memisahkannya dari Sonia, meski papanya sekalipun.
Â
---Bersambung.....---
Â