Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Wild Sakura #Part 21; Bumi Tidak Akan Bisa Memeluk Langit

27 April 2016   19:56 Diperbarui: 19 Mei 2016   15:13 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Suatu malam, dalam keadaan mabuk. Dia mendatangi kamarku dan memaksaku melayani napsu bejatnya. Demi meolongku, ibu harus mendapat siksaan darinya. Aku tak bisa melihat ibu di sakiti lagi, jadi tanpa sadar, aku menusuk jantung ayah dengan gunting. Membunuhnya!"

"Apa?" desis Edwan hampir tak percaya, "ibuku juga tewas malam itu, dan aku..., harus menghabiskan masa remajaku di lapas anak-anak!" tambah Sonia. Edwan kian tertegun.

"Setelah keluar dari lapas, aku datang kesini karena aku sudah tak punya siapa-siapa lagi om. Beruntungnya, aku bertemu dengan Erik, dia baiiiik sekali. Dia memberiku tempat tinggal, meski kami harus tinggal di kos, membantuku mendapat pekerjaan, dan dia menganggapku seperti adiknya sendiri. Om harus bertemu dengannya!" kata Sonia dengan senyum kagum di wajahnya. Membuat Edwan percaya bahwa orang yang bernama Erik itu memang baik.

"Erik, sepertinya om tertarik untuk bertemu dengannya!" sahut Edwan.

"Harus!"

"Kapan?"

"Saat ini dia masih sibuk kerja, tapi sepertinya hari ini dia pulang sore. Itu pun kalau lagi nggak ada acara lain, karena sepertinya dia sedang dekat dengan seorang gadis!" jelasnya.

"Wah..., sepertinya semua lagi pada kasmaran!" canda Edwan, lalu ia ingat akan sesuatu, "oya Sonia, waktu itu pas om nganterin kamu pulang. Om lihat Dimas di tempat kamu, kamu kenal juga sama Dimas?"

"Ouh...Dimas, kami memang berteman om!"

"Tapi setahu om, Dimas itu nggak pernah peduli sama cewe. Meski hanya berteman, ya...kamu pasti tahu alasannya apa?" herannya, "papanya!" sahut Sonia singkat. Edwan mengangguk pelan, memandang Sonia dengan selidik, "dan baru kali ini..., Dimas mendatangi tempat tinggal seorang gadis, bahkan rela menunggunya sampai pulang. Dimas menyukaimu juga ya?" terka Edwan.

Sonia terbungkam, ia jadi ingat ungkapan perasaan Dimas semalam. Dimas yang selama ini tidak pernah respect terhadap gadis manapun, tiba-tiba terlalu perhatian terhadap dirinya, sangat respect. Itu jelas sekali bisa di baca siapapun yang mengenal Dimas. Sonia tercenung. Ia juga menyadari ia menyukai sosok Dimas yang selalu perhatian terhadapnya, bahkan amat sangat menyukainya. Dan sepertinya ia juga mencintai pemuda itu, meski tidak sebesar cintanya terhadap Rocky. Haruskah ia menerima cinta Dimas saja yang sudah jelas statusnya sejak awal. Tapi..., bukankah om Remon tidak menyukainya dan dengan sangat jelas melarang Dimas berhubungan dengannya. Dan om Remon itu berteman dengan papanya Rocky, dan juga..., oh ia baru ingat. Bukankah Dimas berkata bahwa om Edwan adalah adik dari salah satu teman karib papanya. Dan om Edwan tadi bilang bahwa kakaknya adalah Hardi Subrata. Papanya Nancy. Maka akan sangat jelas, mereka tidak akan suka padanya, secara serentak. Ia juga tak mungkin bisa menjalin hubungan dengan Dimas, tapi..., kenapa om Edwan begitu berbeda dengan mereka semua?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun