Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wish You Were Mine

26 Agustus 2015   16:16 Diperbarui: 26 Agustus 2015   16:16 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Yeah....yiha....hu...gw menang lagi....ha....yesss!"

"It's cheating!"

Ku lempar remote control itu dengan kesal, aku termasuk lihai soal ps tapi ini untuk yang ke sekian kalinya aku berhasil di pecundangi oleh seorang bocah ingusan yang usianya 7 tahun lebih muda dariku.

"Hei, kalau gak bisa main jangan ngambek gitu dong....pake bilang gw cheating segala!"

Si Evil ini memang jago kalo udah menyangkut soal ps, Xbox, atau semacamnya, di antara teman-temannya ia memang di memyandang predikat Prince of games , tapi bagiku dia adalah seornag Evil. Tahu kenapa, karena tampannya nggak ketulungan, lebih tampan dari para malaikat, kan kalo Evil bisa menjelma menjadi orang tertampan di dunia yang mampu membuat kita terlena sampai lupa tugas kita yang susungguhnya. Dan itu terjadi padaku, di hadapkan pada seorang pemuda 19 tahun yang masih ting-ting, yang punya muka yang mampu membuatku tak bisa berpaling.

Kenapa aku bilang ting-ting? Lawong dia masih perjaka, pacaran saja belum pernah. Si ayah yang seorang kongklomerat highclass memang melarangnya pacaran dulu ssbelum bisa lulus S1 dan mulai membantunya menangani kerajaan bisnisnya. Karena dari pengalaman yang ada, seorang Prince yang cenderung memiliki kehidupan bebas justru akan nyungsep ke lumpur sebelum berhasil. Dari sana-sini banyak cewe yang ngaku hamil karenanya. Kalo udah gitu, apa yang mesti di banggain?

Beda sama Prince satu ini, bapaknya itu super deh. Pokoknya dia nggak mau anak tunggalnya itu hancur sama kek sepupu-sepupunya. Dan di sinilah tugasku, menjaganya seperti baby siter, harus memastikan dia nggak melanggar aturan. Tapi klo terlalu over kan kasihan juga, makanya ku curi beberapa kepercayaan si bapak untuk memberi dia sedikit ruang agar bisa bernapas.

"Siapa bilang gw gak bisa main, gw hampir menang tahu nggak kalo lo gak cheating!"

"Nah, kok cheating lagi?"

"Itu, lo kiss pipi gw buat apaan?"

"Itu....iseng aja, abis....lo tambah cakep sih tiap harinya. Emang itu kiss bikin otak lo ilang konsen? Nah....hayo....lo suka ya sama gw...?"godanya membuat pipiku jadi merona.

"Suka sama lo...., ih....brondong kek lo itu bukan level gw tahu gak. Gak napsu gw!" seruku menyambar sekaleng sofdrink lalu menenggaknya. Ku lirik muka gantengnya, ada raut kecewa di sana dengan sahutanku.

Suara klakson di depan gerbang membuat kami berdua bergegas, si Evil melonpat ke meja, membuka buku tugasnya, menyambar pulpen, membuka kembali laptopnya sementara aku mematikan ps dan tv tetapi langkah kaki yang sudah mendekat membuatku tak sempat merapikan kabel dan remote controlenya. Aku langsung saja tegap kembali, bersiaga. Sepertinya pak Fredy sedikit kegat melihat keadaan di sekitar kami.

Ia menatap putranya, "kok tumben papa cepat pulang dari korea?" tanyanya, "kenapa, kamu berharap papa lama di sana biar kamu bisa main-main?"

"Ih, siapa yang main-main pa. Orang Rendi lagi belajar juga, banyak tugas nih dari kampus!"

"Lalu apa semua ini?"

"Tuh!" tunjuknya padaku dengan dsgunya, "dia yang dari tadi main ps!" tuduhnya, aku sedikit melotot padanya, enak saja kalo ngomong, orang kita main bareng, awas saja.....

Pak Fredy beralih menatapku, "Vio, ikut saya!" pintanya, aku pun mengikutinya ke ruang kerja, ku lirik si Evil yang meleekku dengan lidahnya dan aku membalas dengan menyodorkan tinjuku sebagai ancaman.

* * *

"Saya bayar kamu mahal bukan untuk ikut-ikutan bandel bersama Rendi, kamu yang harus bisa menghandle dia bukan sebaliknya!"

"Sejauh ini saya belum membiarkan Rendi menghandle saya, saya hanya mencoba mendekatkan emosionalnya!"

"Saya tahu kalian berteman baik sekarang, bahkan sudah seperti kakak beradik. Itu nilai plus kamu, baru kali ini Rendi cocok dengan bodyguardnya, jadi...jangan kecewakan saya!"

"Baik pak!"

Aku keluar setelah sedikit di omeli pak Fredy yang juga tampan, sayangnya dia sendiri punya dua wanita simpanan meski melarang anaknya memiliki akhlak yang buruk.

"Di apain lo sama bokap gw?"

"Pertanyaan lo gitu banget!"

"Secara gw kenal bokap men, asal lo tahu ya...gw gak sudi kalo lo sampe jadi nyokap tiri gw!"

"Siapa juga yang mau punya anak tiri kek lo!"

Punya laki kek lo baru gw mau!

Aku menambahkan dalam hati, jujur....gw udah klepek-klepek banget sama si evil tampan ini yang resek setengah jagad. Tapi logikaku terus mengingatkanku, bahwa profesiku tidak memungkinkan aku untuk memiliki perasaan ini pada si Evil. Apalagi dia jauh lebih muda dariku, meski dia pernah minta ku ajari berciuman untuk acara valentine beberapa bulan lalu agar ia tidak payah saat kencan dengan Inez yang akhirnya membuat dia patah arang. Inez tetap saja memilih di Robert yang sudah terkenal atraktif dan agresif. Sejak itu evil nggak pernah lagi nyebut nama Inez, otomatis tak membuatku cemburu lagi. Bonusnya....dapat jatah bibir virginnya yang masih hijau.

* * *

Inginku, bukan hanya jadi temanmu....

Atau sekedar sahabatmu...

Yang rajin dengar ceritamu....

Tak perlu........

Lagu dari Yovie & the Nuno itu menjadi salah satu favoritku yang biasa ku dengar sebelum terlelap, kamarku tak jauh dari kamarnya agar jika terjadi sesuatu aku selalu siaga.

Sepulang menjemputnya dari kampus, sore itu aku mampir ke markas, dia ku biarkan menunggu di mobil sementara aku berbicara dengan beberapa teman. Ketika aku kembali dia melempariku dengan pertanyaan judes,

"Katanya lo udah lama putus sama marinir itu, kok kelihatannya masih mesra banget!"

"Kita kan masih satu divisi, masih satu atasan, so harus berhubungan baik kan!"

"Gw gak suka sama dia!"

"Gak usah di pikiran, toh lo gak ada hubungan apapun sama dia!"

"Lo tuh gak ngerti juga ya, gw gak suka lo deket-deket sama dia lagi!" lantanganya membuatku terkejut.

"Maksud lo apaan?"

"Kapan sih lo bisa ngerti, gw suka sama lo!"

Seketika aku menolehnya, aku tahu itu. Tapi ku pikir dia nggak bakal punya nyali buat menyatakan hal itu, tapi ternyata di luar dugaan.

"Lo gak usah ngaco deh!"

"Gw gak cuman suka sama lo, tapi gw sayang sama lo, gw cinta sama lo, lo satu-satunya orang yang bisa ngertiin gw, lo yang bisa mengisi hari-hari gw dengan warna-warna yang indah, meski itu harus di belakang papa!" akunya.

"Vil!"

"Lo mau kan jadi pacar gw, Vio?"

Kutatap tepat dimatanya, dalam hati aku bersorak tapi lagi-lagi aku harus kembali pada kenyataan yang ada. Aku harus tetap profesional, aku tidak boleh melanggar aturan.

"Kita pulang sekarang!"

Aku tak memberi jawaban dari pernytaannya, jika ku tolak mentah-mentah nanti dia malah patah hati, kalau ku jawab iya, aku akan mempertaruhkan integritasku.

Aku langsung masuk ke kamar sesampainya di rumah besar itu, dan kulihat dia juga memasuki kamarnya. Malam ini si Evil tak punya jadwal les apapun, jadi kami di rumah saja. Biasanya sih main ps bareng atau nonton film baru, tapi sejak pernyataannya tadi kurasa aku harus mulai sedikit menjaga jarak.

Ku tatap layar monitor di atas mejaku, ku rasakan pintu kamarku terbuka, memang tak pernah di kunci agar gampang kalau terjadi sesuatu. Pintu tertutup rapat kembali, bayangan mendekatiku, aku tahu siapa dia, dia langsung saja duduk di ranjangku. Ku rasakan matanya sedang menatapku tajam, aku yang hanya mengenakan baju santai. Ku pura-pura acuh saja.

"Jadi....lo gak suka sama gw lebih dari teman ya, atau....selama ini hubungan kita cuma lo anggap sebagai bisnis saja. Lo deket sama gw karena lo di bayar buat itu, iya?" kesalnya. Aku tak menyahut.

"Jadi gw bertepuk sebelah tangan? Yah...gw tahu sih, cewe kek lo mana mau pacaran sama cowo bau kencur kek gw, iya kan? Tentu lo lebih milih cowo dewasa kek marinir itu, atau seprofesi lo yang lebih matang!" nada kecewa jelas terdengar dari kalimatnya, dan itu membuat mataku memanas.

"Nggak apa-apa kok, asal lo bahagia...gw sih fine-fine aja. Meski....sakitnya tuh di sini!" katanya menunjuk letak jantungnya. Buliran bening mulai membanjiri pipiku, aku yang tak pernah menangis kini meleleh hanya oleh seorang bocah 19 tahun yang belum perpengalaman soal cinta. Dia sangat polos, untuk ukuran seorang anak milyarder.

"Lo kok nangis sih, Vio?"

"Karena perasaan lo gak bertepuk sebelah tangan, gw udah coba untuk menampik perasaan ini dengan logika dan kenyataan. Tapi itu nggak berhasil!" kataku sedikit terisak, "kekuatan iblis lo lebih hebat merayap ke jiwa gw!"

Aku berbalik menatapnya, "gw tahu ini seharusnya salah, tapi gw gak bisa menolak perasaan ini!"

Senyumannya mengembang perlahan, "jadi....jadi lo juga cinta sama gw?"

Aku mengangguk. Dia tersenyum girang, melompat ke arahku, menarik tubuhku dan memelukku erat. "gw bahagia banget, gw pikir lo gak bakal mau sama gw!" aku membalas pelukannya, entah karena saking bahagianya atau apa, kami tidak tahu, yang jelas bibir kami sudah langsung berpagutan, entah siapa dulu yang memulai. Gigi kami saling beradu hingga menimbulkan bunyi gemeretak. Dan si evil sudah cukup lihai berciuman, kali ini aku tak perlu mengajarinya lagi.

* * *

Kami beruntung karena pak Fredy sedang kembali ke Korea, kalau tidak kepalaku bisa di copot dari lehernya karena sudah membuat putra tunggalnya tidak perjaka lagi. Aku di bayar untuk menjaganya, tapi sepertinya aku malah merusaknya, ini gila! Tapi kami menikmati masa kebersamaan kami. Dia bahkan tidak malu menciumku setelah turun dari mobil saat ku antar ke kampus, padahal beberapa teman melihat. Mungkin akan mencibirnya!

Masa pacaran kami tergolong singat, minggu berikutnya aku di sidang di markas.

"Aku mempercayakan tugas ini padamu, Letnan. Karena aku tahu kamu pasti bisa mengatasi anak-anak seperti Rendi Mahardika, tapi apa yang telah kamu perbuat? Kamu menghancurkan kepercayaan Fredy terhadapku!" seru Kolonel Dirga.

Aku tak menyahut atau membela diri karena aku memang melakukan kesalahan, dan aku akan menerima segala sangsinya.

"Aku tidak akan memecatmu, tapi aku kan memutasikanmu ke daerah lain. Mungkin daerah perbatasan lebih cocok denganmu daripada mengurusi seorang anak muda!"

Aku bisa saja memilih di pecat, toh aku cuma prajurit rekrutan. Lalu melanjutkan hubunganku dengan Rendi melalui backstreet, tapi ini tidak akan adil baginya. Semua orang benar, Rendi masih berkesempatan mendapatkan gadis yang jauh lebih baik dan sepadan. Yang tentunya bisa mengimbanginya sebagai pewaris tahta kerajaan bisnis papanya.

* * *

Ku hentikan langkah saat ku lihat dia berdiri di depan pintu apartemanku, apartemen sewaan maksudnya, tabunganku belum cukup untuk membeli yang semewah ini, kalo sewa perbulan masih bisa di tolerir. Ku seret kembali langkahku ke arahnya, dia mengembangkan senyum dan langsung memelukku.

"Seminggu lebih kita gak ketemu karena papa tak mengijinkan gw lepas dari bodyguard yang baru, gw kangen banget sama lo!" akunya, aku diam saja, memejamkan mata untuk meresapi pelukan ini. Pelukan terakhir kami.

Rendi melepas pelukannya, "gw denger lo bakal di mutasi ke perbatasan ya, lo nolak kan?" harapnya, aku masih tak menjawab. "lo kok diem aja sih, Vio. Katakan sesuatu dong?"

"Nggak ada yang perlu di katakan lagi, kita gak bisa lanjut Vil!"

"Maksud lo?"

"Gw akan pergi ke perbatasan, dan memang sudah seharusnya kita pisah!"

"Nggak!"

"Dan gw minta, lo lupain gw ya!"

"Ini gak benar, lo gak bisa memutuskan hal hanya sepihak!"

"Ren, lo harusnya bisa lihat kenyataan. Kita nggak mungkin bisa lanjut!"

"Gw gak mau lo pergi, dari sisi gw!"

"Maafin gw ya, kalao gw udah membuat lo terjerumus. Tapi mulai sekarang....lo harus lupain gw!" kataku melewatinya dan mmebuka kunci pintu apartemenku. Aku masuk dsn Rendi hendak ikut, tapi aku mendorongnya jauh lalu segera menutup dan mengunci pintu.

Tok...tok...tok

Suara pintu di ketuk tangan, "Vio, buka pintunya, kita belum selesai bicara!"

Aku tak menyahutnya, karena ini cukup menyakitkan. Aku mencintainya...., aku mencintainya lebih dari nyawaku, tapi dia berhak untuk mendapat yang jauh lebih baik.

"Vio, pliss.... Jangan tinggalin gw!" tangisnya, airmataku pun ikut terjebol. "gw cinta sama lo, Vio. Gw gak mau lo pergi....pliss....!"

Ketukan di pintu terdengar kembali,

"Gw tahu....gw lebih muda dari lo. Tapi gw bakal jadi pria dewasa buat lo.... Lo emang lebih tua dari gw, tapi lo satu-satunya gadis yang peduli sama gw dari semua gadis yang pernah gw kejar!" ia terisak, ku tutup mulutku untuk menahan raunganku. Aku bersandar pintu, mendengarkan semua rengekannya.

"Lo yang ngajarin gw banyak hal, Vio pliss....gw cinta banget sama lo, gw gak bisa hidup tanpa lo.... Kita bisa hidup bersama Vio.... Gw rela melepaskan diri dari keluarga Mahardika, asalkan lo gak pergi....!" ungkapnya.

"Gw gak butuh harta papa, gw cuma pingin lo jadi milik gw!"

Aku yang di kenal wanita perkasa yang pantamh meneteskan airmata kita sedang banjir dengan airmata mendengarkan pengakuan bocah itu. Aku tahu dia bersungguh-sungguh, tapi aku sudah terlanjur berjanji untuk tak berhubungan lagi dengannya.

"Lo tetap pingin pergi.....lo jahat Vio....lo jahat sama gw!" ku dengar sesosok tubuh terhempas ke pintu, Rendi pasti menyandarkan diri ke daun pintu. Rendi menyeka wajahnya, "jadi...ini hanya sekedar bisnis, lo gak peduli sama perasaan kita?" tuntutnya,

"Ok, kalo emang ini yang lo mau. Gw bakal turutin apa mau lo, lo gak mau kita saling kenal lagi kan? Fine....gw harap...kita bener gak bakal ketemu lagi. Karena kalau kita ketemu lagi....gw gak tahu apa yang bakal terjadi!"

Tangisku makin menjadi, tapi ku rasakan hening di depan pintuku, "karena gw gak mungkin lupain lo!"

Setelah itu keheningan kembali merebak, tak kudengar lagi isak tangisnya, tak kurasakan lagi bayangannya di depan pintu. Sepertinya dia pergi.

Kini hanya isak tangisku yang ku rasakan, menggema ke seisi ruang hidupku. Aku tahu aku tidak akan bisa melukapan my little evil.

Rendi!

 

Jakarta, 26/08/15

Y_Airy

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun