"Lo yang ngajarin gw banyak hal, Vio pliss....gw cinta banget sama lo, gw gak bisa hidup tanpa lo.... Kita bisa hidup bersama Vio.... Gw rela melepaskan diri dari keluarga Mahardika, asalkan lo gak pergi....!" ungkapnya.
"Gw gak butuh harta papa, gw cuma pingin lo jadi milik gw!"
Aku yang di kenal wanita perkasa yang pantamh meneteskan airmata kita sedang banjir dengan airmata mendengarkan pengakuan bocah itu. Aku tahu dia bersungguh-sungguh, tapi aku sudah terlanjur berjanji untuk tak berhubungan lagi dengannya.
"Lo tetap pingin pergi.....lo jahat Vio....lo jahat sama gw!" ku dengar sesosok tubuh terhempas ke pintu, Rendi pasti menyandarkan diri ke daun pintu. Rendi menyeka wajahnya, "jadi...ini hanya sekedar bisnis, lo gak peduli sama perasaan kita?" tuntutnya,
"Ok, kalo emang ini yang lo mau. Gw bakal turutin apa mau lo, lo gak mau kita saling kenal lagi kan? Fine....gw harap...kita bener gak bakal ketemu lagi. Karena kalau kita ketemu lagi....gw gak tahu apa yang bakal terjadi!"
Tangisku makin menjadi, tapi ku rasakan hening di depan pintuku, "karena gw gak mungkin lupain lo!"
Setelah itu keheningan kembali merebak, tak kudengar lagi isak tangisnya, tak kurasakan lagi bayangannya di depan pintu. Sepertinya dia pergi.
Kini hanya isak tangisku yang ku rasakan, menggema ke seisi ruang hidupku. Aku tahu aku tidak akan bisa melukapan my little evil.
Rendi!
Â
Jakarta, 26/08/15