Aku tak menyahut atau membela diri karena aku memang melakukan kesalahan, dan aku akan menerima segala sangsinya.
"Aku tidak akan memecatmu, tapi aku kan memutasikanmu ke daerah lain. Mungkin daerah perbatasan lebih cocok denganmu daripada mengurusi seorang anak muda!"
Aku bisa saja memilih di pecat, toh aku cuma prajurit rekrutan. Lalu melanjutkan hubunganku dengan Rendi melalui backstreet, tapi ini tidak akan adil baginya. Semua orang benar, Rendi masih berkesempatan mendapatkan gadis yang jauh lebih baik dan sepadan. Yang tentunya bisa mengimbanginya sebagai pewaris tahta kerajaan bisnis papanya.
* * *
Ku hentikan langkah saat ku lihat dia berdiri di depan pintu apartemanku, apartemen sewaan maksudnya, tabunganku belum cukup untuk membeli yang semewah ini, kalo sewa perbulan masih bisa di tolerir. Ku seret kembali langkahku ke arahnya, dia mengembangkan senyum dan langsung memelukku.
"Seminggu lebih kita gak ketemu karena papa tak mengijinkan gw lepas dari bodyguard yang baru, gw kangen banget sama lo!" akunya, aku diam saja, memejamkan mata untuk meresapi pelukan ini. Pelukan terakhir kami.
Rendi melepas pelukannya, "gw denger lo bakal di mutasi ke perbatasan ya, lo nolak kan?" harapnya, aku masih tak menjawab. "lo kok diem aja sih, Vio. Katakan sesuatu dong?"
"Nggak ada yang perlu di katakan lagi, kita gak bisa lanjut Vil!"
"Maksud lo?"
"Gw akan pergi ke perbatasan, dan memang sudah seharusnya kita pisah!"
"Nggak!"