"Dan gw minta, lo lupain gw ya!"
"Ini gak benar, lo gak bisa memutuskan hal hanya sepihak!"
"Ren, lo harusnya bisa lihat kenyataan. Kita nggak mungkin bisa lanjut!"
"Gw gak mau lo pergi, dari sisi gw!"
"Maafin gw ya, kalao gw udah membuat lo terjerumus. Tapi mulai sekarang....lo harus lupain gw!" kataku melewatinya dan mmebuka kunci pintu apartemenku. Aku masuk dsn Rendi hendak ikut, tapi aku mendorongnya jauh lalu segera menutup dan mengunci pintu.
Tok...tok...tok
Suara pintu di ketuk tangan, "Vio, buka pintunya, kita belum selesai bicara!"
Aku tak menyahutnya, karena ini cukup menyakitkan. Aku mencintainya...., aku mencintainya lebih dari nyawaku, tapi dia berhak untuk mendapat yang jauh lebih baik.
"Vio, pliss.... Jangan tinggalin gw!" tangisnya, airmataku pun ikut terjebol. "gw cinta sama lo, Vio. Gw gak mau lo pergi....pliss....!"
Ketukan di pintu terdengar kembali,
"Gw tahu....gw lebih muda dari lo. Tapi gw bakal jadi pria dewasa buat lo.... Lo emang lebih tua dari gw, tapi lo satu-satunya gadis yang peduli sama gw dari semua gadis yang pernah gw kejar!" ia terisak, ku tutup mulutku untuk menahan raunganku. Aku bersandar pintu, mendengarkan semua rengekannya.