"Apakah dokter yang menangani ibu Amirah?"
"Iya, benar!"
"Dokter, bagaimana keadaan ibu Amirah?"
"Belum ada perubahan, kami belum bisa mendapatkan ginjal yang cocok untuknya. Semua keluarganya sudah menjalani tes dan tidak ada yang cocok. Jika sampai besok.....!"
"Bisa periksa saya dok, siapa tahu ginjal saya cocok?"
* * *
Setelah menjalani tes dan cocok, operasi langsung di laksanakan. Aku bersyukur karena aku bisa menyelamatkan ibu. Jangankan hanya ginjal, jika ibu membutuhkan jantungku pun akan aku berikan. Seperti Ibu yang pernah memberiku kesempatan hidup maka aku pun ingin bisa membuatnya hidup lebih lama lagi dengan sebuah kebahagiaan. Mungkin ibu akan lebih bahagia jika tinggal bersama bang Arman atau bang Rudi.
Aku berjalan perlahan menahan rasa nyeri di perutku untuk melihat keadaan ibu, aku mencoba untuk terlihat sehat meski sebenarnya kepalaku pening. Bang Rudi dan mbak Isti menoleh ketika melihatku, juga ada mbak Susi.
"Mau apa kamu kesini?" tanya bang Rudi.
"Aku mau melihat Ibu bang!"
"Heh...., melihat Ibu. Sejak kapan kamu peduli sama Ibu?" cibirnya, bang Arman keluar dari ruangan bersama seorang suster yang langsung berlalu meski sempat melirikku.