Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Edelweiss

27 Maret 2015   12:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:55 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Ku pungut tasku, lalu aku mengeluarkan sebuah bungkusan kertas. Aku pungut Edelweiss yang di berikan Teguh hari itu padaku, masih belum layu. Ku bungkus dengan kertas agar tidak rusak karena ku simpan di dalam tas. Aku tersenyum memandangi bunga yang namanya sama denganku itu. Eh....namaku yang menyamainya, iya kan! Aku jadi ingat percakapan terakhirku dengan Teguh saat dia ikut mengantarku.

Seperti bunga ini yang di sebut bunga abadi, seperti itu juga perasaan saya ke mbak Edel. Akan abadi meski pun mbak Edel mengabaikannya!


Kamu nggak bakal nyesel ngomong seperti itu, memangnya....kamu nggak mau nikah sama seseorang gitu?


Jodoh itu kan sudah di atur sama Allah, kalau Allah mengijinkan mungkin saya cuma menghendaki mbak Edel seorang.


Kalau kamu serius dengan perasaanmu, mungkin aku bisa mempertimbangkannya jika kamu datang langsung pada orangtuaku dan menawarkan mas kawin!

Itu kalimatku sebelum aku berjalan menuju bis, ku dengar Teguh mengejarku dan memanggil namaku saat kakiku sudah berada di antara pintu bis. Aku menoleh padanya,

Mbak Edel, itu maksudnya apa?


Dan mungkin seharusnya kamu berhenti memanggilku mbak, rasanya janggal jika seorang suami memanggil istrinya sendiri dengan sebutan mbak nantinya.

Ku akhiri kalimatku lalu aku menghilang ke dalam bis. Mencari tempat dudukku, ku dengar suara tawa kecilnya yang kegirangan. Bahkan dia sempat mengucap kata yes!


Aku kembali tersenyum seraya memandangi seikat bunga di tanganku, untuk sesaat aku benar-benar lupa tentang Dava. Dan aku berharap aku bisa melupakannya untuk selamanya. Aku tidak keberatan menghabiskan sisa waktuku di tempat ini. Setiap hari bisa merawat Edelweiss yang indah di belakang rumah.


*********

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun