Ku renggut seikat Edelweiss itu dari tangannya. "kamu bilang.....orangtuamu membudidaya Edelweiss?"
"Iya, ada di belakang rumah!"
"Wah....aku boleh melihatnya?"
"Boleh sih....tapi ndak gratis!"
"Kok gitu, aku kan cuma mau lihat bukannya ngambil!" senyumku langsung hilang ketika dia bilang begitu.
"Bayarannya nggak mahal kok, besok pagi mbak Edel harus ikut saya ke pasar sapi!"
"Ha, pasar sapi....ngapain?"
"Ya....mau jual beli sapi. Sekalian ngecek harga, namanya juga peternak sapi!"
"Eh....oh....itu....!"
Giliran aku yang menggaruk kepalaku yang tak gatal sama sekali. "kalau ndak mau, ya....ganti yang lain saja. Gimana kalau.....ehm....!" sekarang giliran dia yang menggaruk kepala. Ku tatap dia menanti lanjutan kalimatnya. "ehm...m!"
"Apa?"