Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Edelweiss

27 Maret 2015   12:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:55 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oya, terus....kenapa kamu malah nemuin aku sekarang?"


"Ehm....., "


Ku lihat dia memutar bola matanya mencari alasan, "ehm.... Mbak Edel ingat nggak, dulu mbak Edel pernah berkunjung kemari waktu masih kecil?" serunya. Ku tatap dia, memperhatikannya dengan seksama. "ah....pasti mbak Edel wis lali yo. Padahal....saya ingat betul loh....saya pernah nggendong mbak Edel di punggung saya!"


Mataku melotot, aku tertegun.


"Bahkan mbak Edel juga naik anak sapi waktu ikut saya mandiin tuh anak sapi ke kali!" tambahnya, mataku semakin lebar seperti mau meloncat dari tempurungku. Ku buka memoriku saat aku berkunjung kemari di usiaku yang baru 8 tahun itu. Kalau di ingat-ingat.....semua yang di katakan Teguh itu memang benar. Kok dia masih ingat ya, padahal aku lupa betul tuh. Ku tarik wajahku darinya karena malu.


"Wis ndak pa-apa, ndak perlu malu!"

"Siapa yang malu!" protesku.

"Kalau mbak Edel mau naik sapi lagi juga nggak apa-apa, di rumah ada tuh!"

"Apa, naik sapi. Memangnya tidak ada kendaraan lain?" lantangku.


Ku dengar tawa dari mulutnya, "dari pada ngambek, jadi jelek. Nih saya kasih!" katanya menyodorkan sesuatu di depanku. Seikat Edelweiss yang masih segar menyembul di hadapanku, wanginya langsung menembus hidungku. Ku toleh dia perlahan, "katanya kamu bilang nggak boleh sembarangan petik bunga ini. Lah ini...kamu petik juga!"


"Yang in spesial...., Emak saya kan ikut membudidayakan bunga ini. Kalau nggak gitu bunga ini pasti udah punah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun