"Man, Manda...!" tangisnya.
Amanda masih bernafas, tapi sepertinya ia sudah tak mampu lagi bertahan. Ia mencoba membuka mulutnya untuk mengucap kata maaf sekali lagi buat Axel, tapi ia tak mengeluarkan suara sedikitpun. Dan....tubuhnya terkulai lemas, rohnya melepaskan diri dari jasadnya, seketika tubuhnya jadi dingin.
"Manda....Man...!" bisik Axel, tapi gadis itu sudah tak bernyawa lagi. Axel memeluknya erat dalam tangis.
Antony hanya diam terpaku, airmatanya mengalir deras. Itu kesalahannya, Amanda melompat pasti karena dirinya tak siap menikahinya dan malah berfikir untuk menggugurkan bayi itu. Lalu sekarang apa? Amanda memilih untuk mati demi rasa bersalahnya pada Axel.
*****
"Amanda...!" teriaknya bangkit dari sandaran kursi. Antony melihat sekeliling, ia masih di ruang komputer, dan untungnya tak ada seorang pun di sana. Nafasnya tampak tak teratur, keringat dingin membasahi tubuhnya.
Ia menyeka wajahnya lalu keluar dari ruang komputer.
Selesai jam olahraga untuk kelas Jesie, ia berjalan ke arah lokernya bersama Reta. Tapi ia terkejut karena dari luar lokernya nampak seperti basah. Ia pun maju dan membukanya. Alangkah terkejutnya ia melihat baju seragam dan sepatu gantinya basah kuyup dan bau comberan.
"Siapa yang ngelakuin ini?" desis Reta.
Apakah Axel....tapi...nggak mungkin, Tadi pagi setelah perkelahian itu....nggak mungkin Axel.
Jesie menutup kembali lokernya. Menggerutu. Dan beranjak pergi.