"Oh... begitu rupanya..."
"Tidak mau ngobrol dengan kalian lagi, aku harus pergi sekarang. Bisa jadi malam ini kami dapat tarian yang sudah fix untuk kalian," kata Mimi, "sampai ketemu."
"Ayo, kita juga pergi," ajak Shindong.
Aku menggendong Kkoming di pelukanku, sedangkan Manshi memasangkan rantai di leher Happy. Ada bagusnya juga aku jalan-jalan, juga untuk kebaikan Kkoming yang bisa-bisa bosan hanya di apartemen. Kami mengobrol sementara keluar apartemen. Kkoming bersikap baik-baik saja selama itu, tapi ketika kami sampai di luar apartemen, dia menyalak riang sambil terus bergoyang dalam pelukanku.
"Tuh kan oppa, si Kkoming senang keluar," kata Manshi bangga.
"Iya sih, sepertinya begitu," ucapku setuju.
Tapi baru saja selesai berkata begitu, Kkoming tiba-tiba melompat dari gendonganku.
"Kkoming!" teriak Shindong.
Kami langsung berlarian mengejar Kkoming yang mengarah ke jalanan ramai di depannya. Andwae!!! Mobil-mobil itu... sosok Kkoming yang begitu kecil...
"YA! BERHENTI! TIDAK PAKAI MATA YA KALAU MENGENDARAI MOBIL!"
Aku dan yang lainnya berhenti di tepian jalan, memandang pemandangan yang membuat kami kaget. Lampu masih merah untuk penyeberang jalan, tapi sekarang semua kendaraan berhenti seolah terjadi kemacetan. Perhatian semua orang rasanya hanya mengarah pada seorang gadis lumayan jangkung dan kurus yang berdiri di tengah jalan, menggendong Kkoming dengan satu tangan sementara tangan yang lainnya dia letakkan di depan moncong mobil Honda kuning.