"Hmm... kamsahamnida."
"Kau itu, kalau lelah atau sakit, kenapa memaksakan dirimu?"
"Aku belum lelah kok, dan aku tidak sakit."
"Jangan bohong, itu kakimu masih luka-luka begitu, malahan muncul memar di telapak kakimu, itu luka memar baru, karena kau mati-matian mengajariku tadi. Lain kali jangan begitu lagi, oke? Kau sudah cukup berusaha, hanya aku saja yang terlalu bodoh tidak bisa menari."
"Kupikir Yesung tidak bodoh, hanya terkadang sulit mengingat gerakan. Tidak apa-apa, nanti Yesung juga pasti bisa."
Aku mencibir, "aku menunggu hari aku bisa menari dengan tidak sabar, huh... ya sudah, kau makan saja dulu, nanti aku antar pulang."
"Hah? Tidak perlu... aku bisa pulang sendiri."
"Kau pikir aku akan membiarkan seorang yeoja pulang sendirian pada dini hari seperti ini? Aniyo! Kami sudah cukup punya banyak pengalaman yang tidak enak soal ini, jadi jangan banyak protes lagi."
Untung dia sudah tidak memprotes apa-apa lagi dan makan dengan tenang. Mungkin karena dia sudah capek juga, jadi dia bersikap manis. Kami keluar gedung agensi hampir jam dua dini hari, dan Wookie sudah menelepon untuk menanyakan keadaanku. Aku memanggil taxi dan Yingmin menyebutkan alamat apartemennya.
"Ryeowook sangat dekat denganmu ya."
"Ne, bisa dibilang begitu, dia dongsaeng kesayanganku. Aku tidak bisa hidup sehari tanpa dia, kalaupun bisa, aku akan terus merindukannya."