Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] No Other, The Story [45/55]

23 April 2020   11:14 Diperbarui: 23 April 2020   11:04 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

MANSHI'S DIARY

CHAPTER 45

YOU'RE MY ENDLESS LOVE

Tidak terasa, ini musim gugur ketigaku di Seoul. Masih segar di ingatanku rasanya, musim panas dua tahun yang lalu aku baru bertemu dengan Yifang, Aqian dan Xili; lalu musim panas tahun kemarin kami baru mendapatkan kehidupan yang lebih tenang disini. Baiklah, kini bisa dibilang aku sudah sangat terbiasa dengan Seoul, seperti di Beijing rasanya. Bagaimana dengan kegiatan kami sekarang? Mungkin aku cerita dulu dari yang tertua dari rombongan kami: Leeteuk. Dokter tampan, cerdas dan baik hati ini, baru saja akan memasuki kuliah S3-nya bulan depan. Dia masih menjadi favorit pasien-pasien mulai dari umur muda sampai ahjumma-ahjumma, dan tentu saja, masih berstatus pacar Suxuan. Next, kita beralih ke Heechul. Heechul masih berkutat sebagai GM di SHe Salon tempatku bernaung, juga masih menikmati ke-single-an-nya. Meski sekarang usianya sudah 26 tahun, jangan harap melihat dia tampak tua. Lalu kita punya si seni suara Yesung, yang sebentar lagi akan menginjak usia 25 tahun. Karirnya semakin cemerlang, tidak hanya sebagai penyanyi, juga sebagai pemeran utama di berbagai drama musical. Peliharaannya yang dulu ketika aku datang hanya berupa 3 kura-kura, sekarang sudah menjadi 6 kura-kura. Di urutan berikutnya ada Hangeng. Nah, setelah mengikuti terapi selama tiga bulan penuh, kini kemampuannya juga sudah kembali seperti semula. Pintar memasak, kungfu, balet, menari, serba bisa dan baik hati! Tentu saja tidak ada yang menghalangi hubungannya dengan Xili, yang semakin hari tampaknya semakin mantap.

Siapa lagi ya? Ahh... pacarku, Shindong. Ada peningkatan karir yang cukup signifikan padanya setahun terakhir ini. Akhirnya dia dan Eunhyuk memutuskan untuk menyewa satu gedung baru alih-alih hanya menyewa dua ruangan di gedung yang lama. Gedung baru ini meski hanya terdiri dari satu lantai, tapi punya empat ruangan yang besar sekali untuk latihan menari. Dalam sehari, keduanya bisa punya dua belas kelas (kadang empat belas), dan kalau tidak salah sekarang muridnya mencapai 80 orang lebih. Herannya, dia sama sekali tidak bisa kurus meski sesibuk sekarang. Yah, mungkin karena keringat yang keluar langsung diganti dengan makan yang banyak. Oh ya, Kangin ada di urutan berikutnya. Si rakun Korea ini masih mengajar sebagai guru taekwondo di kampusku, dan aku masih masuk ke klubnya kalau punya waktu luang. Klub taekwondo sekarang juga lebih ramai, tak kurang dari 50 orang muridnya. Lalu ada Donghae. Masih sebagai personel KRYSD yang paling pandai menari, Donghae sekarang laris sebagai actor yang berperan di banyak drama. Selain itu, banyak sekali aktris yang jatuh cinta padanya, kudengar dari banyak gossip. Baguslah, sepertinya dia sudah melupakan Xili sepenuhnya. Masih dari orang-orang ber-shio macan, ada Zhoumi. Tentu saja, tak lain tak bukan, Zhoumi masih tekun menjabat manager KRYSD, tapi dia punya job lain sekarang. Karena ketampanannya, Zhoumi menjadi manager untuk dirinya sendiri, yang sekarang mulai mendapat banyak job sebagai bintang iklan. Pangeran Siwon, masih cowok paling tampan di rombongan kami, makin mantap sebagai CEO Choi Company, yang anak perusahaannya mencapai 40 cabang lebih yang tersebar mulai dari Seoul sampai ke Eropa. Tidak perlu diutarakan betapa sibuknya dia, tapi hubungannya dengan Aqian masih berjalan lancar.

Eunhyuk juga sibuk. Selain menjadi guru menari, Eunhyuk masih menjadi announcer favorit di ESoul FM, memegang semakin banyak jam siaran, sekaligus menyabet banyak penghargaan sebagai announcer favorit, baik di Seoul maupun se-Korea. Beruntung dia sudah lulus kuliahnya. Sungmin juga mengikuti jejak Yesung, banyak ditawari berperan di drama musical, sekaligus bermain di film layar lebar. Yah, soalnya Sungmin punya kemampuan kungfu alat yang hebat dan juga punya bakat acting terpendam. Ryeowook, tidak pernah tua semenjak aku melihatnya pertama kali di Seoul, baru juga lulus kuliah. Dia sekarang juga cukup laris sebagai bintang iklan dan main di drama musical karena suaranya yang semakin hari semakin bagus saja. Selain itu, kemampuan memasaknya juga meningkat. Kelihatannya hubungannya dengan Yifang berjalan mulus. Nah, pacarnya, si Yifang, kini berada di puncak karirnya dan aku heran kenapa dia tidak mati karena kesibukannya yang menggila itu. Dia sudah dua-tiga kali bermain sebagai pemeran utama di drama, kini merambat ke layar lebar, lalu masih jadi penyiar tetap di ESoul, berkuliah semester 5 jurusan acting bersamaku, tak jarang masih muncul di klub taekwondo, juga baru saja menerbitkan novelnya. Bagaimana mungkin dia masih terlihat bahagia dengan tekanan stress dari segala arah? Ahh... kupikir Ryeowook-lah sumber kekuatannya. Kibum, dongsaeng dari Yesung, makin terkenal sebagai actor paling berbakat se-Korea, main di drama dan layar lebar, bahkan sepertinya tawaran acting tidak pernah putus untuknya. Dia sudah mengeluh ingin minta liburan belakangan ini. Tapi aku juga yakin bahwa bakat aktingnya sangat luar biasa, jadi tentunya dia tidak mendapat tekanan dalam setiap perannya, hanya capek, mungkin.

Laporanku belum selesai nih. Kita masih punya Kyuhyun. Dia masih berkuliah semester 5 di jurusan science, dan prestasinya luar biasa di kampus, selalu menjadi yang nomor satu, padahal selain sibuk bernyanyi, dia juga main di drama musical. Lalu Aqian. Nah, si pacar Siwon ini masih berkutat dengan dua kuliahnya di jurusan piano dan jurusan bisnis management. Meski tidak selalu jadi yang nomor satu, prestasi kuliahnya bisa dibilang bagus untuk orang yang kuliah sekaligus seperti itu. Kurasa itu juga karena tekadnya yang kuat untuk menjadi calon istri keluarga Choi yang pantas. Kini tersisa satu cowok yang belum kulaporkan keadaannya, yaitu Henry. Henry juga masih setampan yang kukenal, tapi karena ketampanannya itu, dia dijaring masuk untuk mulai berakting. Tawaran keduanya kini adalah untuk bermain di drama yang juga diperankan Yifang. Dia juga masih sama bisingnya dengan dulu, masih sama menyukai Yifang seperti dulu, mengherankan. Lalu ada Suxuan. Aigo... sepertinya Suxuan selalu beruntung. Karir aktingnya meningkat juga, di drama dan layar lebar, lalu nilai kuliahnya di kampus selalu mantap tidak ada halangan. Kalau begini terus, aku lihat ketika Leeteuk sudah lulus kuliahnya, bisa-bisa mereka menikah. Berikutnya, Xili. Xili bisa dibilang cukup santai, karena selain kuliah, kegiatan lainnya hanya menjadi pelayan di ZhongHan House milik Hangeng pacarnya. Tapi tidak apalah, dia bisa sekalian mempersiapkan diri menjadi ibu rumah tangga yang baik. Xili yang kini kukenal juga sudah semakin dewasa, mampu mengimbangi seorang Hangeng.

Terus aku bagaimana dong? Yah, yang jelas aku makin sibuk dibanding tahun kemarin. Kalau orang yang tidak kuat iman pasti bisa merasa hidupku ini membosankan, tapi aku tidak. Yah, dinikmati sajalah. Tapi satu hal yang pasti, sekarang kami sangat jarang bisa berkumpul di satu tempat atau melakukan satu kegiatan dengan orang paling banyak lima orang, soalnya itu tadi, kami semua sibuk. Kami terakhir berkumpul dengan personel lengkap pada tahun baru yang baru lewat. Aku jadi merindukan masa-masa itu...

"Hei Manshi."

Aku menoleh ke pintu masuk ruang make over di salon dan melihat sosok Sungmin yang manis berdiri disana, dia tersenyum. Aku kaget juga melihatnya muncul tiba-tiba.

"Sungmin oppa? Ada apa?" tanyaku heran.

"Aku mau ganti style rambut dong untuk beberapa hari. Ajarkan aku style yang baru. Aku bosan dengan tatanan rambut yang ini," jawabnya, menunjuk rambutnya.

"Ah, gampang oppa. Tumben ada waktu kosong nih, bisa kesini."

"Mulai besok kesibukan kami bertambah. Kau tau tidak Manshi, perusahaan ingin kami me-repackage album keempat kami dalam versi Inggris."

"Whoa, itu bisa semakin meningkatkan popularitas kalian dong."

Sungmin duduk di kursi kosong yang masih tersedia, dan aku sendiri yang turun tangan untuk mengotak-atik rambutnya. Aku tidak cukup percaya pada yang lain, soalnya bahaya kalau sampai salah menata.

"Memang sih. Tapi masalahnya, kau taulah bahasa Inggris KRYSD agak... yah..."

"Donghae oppa lumayan bagus tuh pronounciation-nya. Kalau Kyuhyun kan belajarnya cepat, seperti dia belajar mandarin."

"Nah, kalau begitu apa kabarnya aku, Yesung hyung dan Wookie?" Tanya Sungmin membuatku bingung.

"Ahh... minta Yifang saja yang ajarkan. Yifang mah bahasa Inggris-nya bagus sekali, oppa."

"Kami sudah mengusulkannya pada Mimi, Mimi juga sudah sampaikan pada bos, tapi kata mereka, tidak bisa. Mereka takutnya ketika Yifang mengajar kita, kita malah main atau tidak serius karena kan dia pacaran sama Wookie."

"Ada benarnya juga sih. Kalau Henry? Atau Kibum oppa?"

"Sama saja. Perusahaan juga tidak percaya mereka yang notabene lebih muda dari kami dan ada hubungan persahabatan dan persaudaraan dengan kami itu bisa mengajar kami dengan serius."

"Aigo... Jadi bagaimana dong?"

"Mulai besok malam jam 7-9 malam tiap hari Selasa sampai Kamis kami akan mendapat les bahasa Inggris dari guru yang dipilihkan perusahaan. Jadwal kami semua diusahakan untuk bisa mengikuti jadwal itu."

"Wah... keren juga ada guru begitu. Lesnya dimana memangnya, oppa?" tanyaku.

"Di apartemen kami. Kau bisa liat sonsaengnimnya juga kalau penasaran, Manshi. Kami didapuk les selama tiga bulan untuk persiapan album yang ini."

"Boleh. Besok malam aku akan kesana, oppa."

Hmm... pasti mereka yang belajar Inggris bisa jadi bahan lelucon, hahaha... aku akan Tanya Shindong apa dia punya waktu luang dan ikut mengolok-olok mereka nanti. Ketika pulang ke apartemen, aku melihat ada tiga pasang sandal cowok, dan salah satunya kukenal sebagai punyanya Ryeowook. Ruang tamu kosong, tapi pintu kamar Yifang terbuka. Aku mengintip dan melihat ada Ryeowook, Sungmin dan Donghae di dalam sana, bersama Yifang, duduk bersempit-sempit di meja panjang yang ada di kamar kami.

"Lho, oppadeul?"

"Eh, hai, Manshi. Ketemu lagi deh."

"Kalian ngapain disitu?" tanyaku sambil masuk ke kamar Yifang.

"Ini... kami juga lagi belajar Inggris dengan Yifang. Setidaknya kami tidak mau tampak terlalu bodoh waktu ketemu si sonsaengnim besok malam," jawab Donghae.

Yifang mendongak dari buku tebal yang lagi dibacanya, "makanya kalian yang serius, jangan menggodaku terus."

Aku tertawa.

"Eh, siapa tau sonsaengnimnya baik? Siapa tau sonsaengnimnya cewek cantik? Kesempatan tuh buat Yesung oppa, Sungmin oppa dan Donghae oppa."

"Benar juga tuh kata Manshi. Siapa tau beneran cewek," ucap Ryeowook.

"Iya yah. Kesempatanku untuk mengakhiri masa jomblo lima tahunku," kata Sungmin setuju.

"Dasar kalian ini, mau belajar atau memacari sonsaengnimnya sih?" tegur Yifang.

Pasti belajar mereka bakal beneran kocak kalau sonsaengnimnya cewek. Baiklah, aku doakan sonsaengnim mereka beneran cewek dan cantik. Rasain tuh biar kena marah Yifang dan Zhoumi.

"Aaargh!" erang Ryeowook tiba-tiba.

"Mwo?" Tanya kami semua yang kaget.

"Drama itu! Aku akan melewatkannya hari ini! Drama Destiny!"

"Lihat siaran ulangnya saja," usul Sungmin.

"Tidak bisa. Hari ini justru sudah siaran ulangnya. Aku menonton dulu. Ayo, Yifang, nanti kita ketinggalan adegan seru."

Yifang memandang wajah-wajah di sekitarnya dengan kebingungan, namun kemudian menggandeng lengan Ryeowook sambil tersenyum.

Yifang mengeluarkan suara manjanya, "mian, Hae, Umin oppa, aku juga mau nonton."

"Yaaaaah... kalian berdua!" seru Hae.

Tapi keduanya sudah melesat ke tivi di ruang tamu. Dasar. Inilah jadinya kalau Yifang jadi sonsaengnim KRYSD. Besoknya, kebetulan aku sudah selesai pulang dari lokasi syuting jam lima sore. aku membuka pintu apartemen dan kaget ketika ada sesuatu yang berbulu yang melompat ke dadaku, membuatku nyaris jatuh.

Kulihat Shindong duduk di sofa dengan santainya, "hahaha... mian, Manshi. Happy terlalu kangen padamu sih, kau tidak menemuinya hampir seminggu lamanya."

Aku kini menggiring Happy berjalan mundur dengan kedua kakinya (dua kaki lainnya kugenggam erat). Happy yang kini bukan lagi anak anjing, menggoyangkan ekornya dengan bersemangat. Dia anjing yang cantik, bulunya keemasan dan bersih, hasil perawatan Shindong dan Henry yang tekun. Si Henry, kalau dalam berbagai hal paling malas untuk serius, tapi kalau soal Happy, dia jadi berubah. Sepertinya Henry juga menyayangi anjing.

"Oppa tidak ada kelas untuk diajar lagi?" tanyaku.

"Tidak. Hari ini tinggal tersisa jadwalnya si Hyuk. Jadi aku bawa Happy untuk ketemu dengan anak-anak lantai tujuh dan keenam Ddangko."

"Sekalian kita lihat bagaimana mereka mengikuti les yah, oppa."

Kami sibuk meladeni Happy, dan aku tidak sadar sama sekali ternyata tidak ada orang sama sekali di apartemen selain kami bertiga. Seperti itulah, mereka semua sibuk.

"Oppa, lapar tidak? Aku mau memasak nih."

"Lapar. Masak yang banyak, yah."

Aku beranjak ke dapur. Sekarang, masak memasak bukan halangan untukku. Mengikuti kursus memasak selama hampir dua tahun membuatku bisa memasak macam makanan lebih banyak dari yang Aqian bisa. Yah, toh ini juga berguna untuk Shindong. Kan dia juga suka makan, samalah denganku, juga Happy. Si Happy juga makan banyak sekali, untung dia tidak menderita kegemukan seperti kami, err... seperti Shindong sih. Aku sudah tidak begitu gemuk lagi.

"Oppa... makanan sudah siap," laporku, berteriak dari dapur.

Shindong muncul bersama Happy yang mengekor di belakangnya. Aku menunjuk meja, ke piringnya yang berisi nasi dan daging ayam yang sudah kupotong kecil-kecil, juga ke beberapa lauk di tengah meja.

"Punya oppa yang sudah ada potongan ayam yang kecil. Oppa makan dulu, aku lagi mempersiapkan punya Happy. Dia perlu makan enak hari ini."

Aku tekun memotong-motong daging ayam lagi di dapur untuk Happy. Setelah kupastikan Happy tidak akan tersedak dengan ukuran daging ayam yang sudah kupotong, aku meletakkannya ke piring kecil special untuknya di bawah dekat meja makan kami.

"Happy, ini bagianmu."

Happy sudah tau itu bagiannya. Dia berlarian mendekatiku dan menggoyangkan ekornya sambil mengendus isi piringnya. Aku kembali ke meja makan untuk ikut makan, langsung saja menyambar dada ayam di piring tengah meja.

"Lho, oppa tidak makan?" tanyaku heran melihat Shindong malah hanya termenung memandangi Happy yang makan dengan lahap.

Yang membuatku kaget, berikutnya pandangan matanya menancap padaku. Aku jadi gugup. Aku dan Shindong jarang berada di suasana sepi seperti ini.

"Apa... ayamnya tidak enak? Ini ada menu yang lain kok."

Aku menggeser piring penuh pangsit, lalu sepiring daging babi panggang padanya. Tapi dia bergeming. Dia masih memandangi wajahku.

"Manshi... kau merawatku dan merawat Happy dengan begitu baik. Kau sampai memotong-motong daging ayam, padahal kami jelas tidak akan mati tersedak, kami sudah dewasa," katanya, nadanya terdengar seperti orang yang bicara sambil termenung.

"Ah... aku... aku Cuma... yah, mempermudah kalian makan."

"Manshi, hatimu begitu lembut. Gomawo..."

Dan dia memelukku setelah itu. Saking terkejutnya aku, aku tak bisa bersuara. Apa Shindong hari ini kerasukan yah? Biasanya kalau dia begini, aku akan memukul atau mencubitnya. Tapi kali ini, aku juga tidak bergerak sama sekali.

"Kalau suatu hari kita punya anak, kau pasti akan menyayanginya seperti ini juga kan?"

"Hah? Aku... suka anak kecil sih, oppa, tapi... anak kita... err... belum ada kan?"

Dia melepasku dari pelukannya, dan aku terengah. Kenapa dia masih memandangiku seperti itu? Aku salah ngomong ya? Atau memang dia kerasukan? Tolong... dan dia tiba-tiba mengecup bibirku. Dia jarang sekali melakukan ini, soalnya akan berakibat cubitan di kulit putihnya, tapi kali ini, aku tidak menyerangnya.

In other words

The memories of the many days we loved

My chest that I can't stop

Keeps waking my heart that wants to sleep

Let it go

I want to turn back and think of your memories


All that's left is the stories in the photos 

You're my endless love

Aku jadi heran pada diriku sendiri. Jangan-jangan hari ini yang tidak beres itu aku? Tapi bukankah... seperti ini... adalah cara untuk menunjukkan kalau dia mencintaiku? Harusnya aku bersyukur kami sudah jarang bertengkar seperti dulu. Aku membalas ciumannya, dan diapun bereaksi yang sama denganku. Entah berapa lama setelah itu, Happy menggonggong. Kami kaget dan sama-sama mundur.

"Oh, mau minta lagi ya, Happy?" tanyaku sambil melongok ke piring kosong Happy.

Happy duduk dan menggoyangkan ekornya tanda setuju. Lalu ada suara perut yang keroncongan. Perutku dan Shindong. Kami bertatapan lagi, wajah kami mungkin sama merahnya, lalu tersenyum kikuk.

"Ayo kita makan, Manshi. sebentar lagi jam tujuh nih."

"Ayo, oppa. Aku akan berikan untuk Happy lagi juga. Dia rakus sekali ya."

"Masa pertumbuhan."

Aku tertawa.

"Oppa selalu bilang dia masa pertumbuhan, padahal dia sudah sebesar ini. Mau sampai kapan nih masa pertumbuhannya?"

Dan kami tertawa bersama. Waktunya sudah mepet sekali ketika kami masuk lift. Ketika kami sampai di lantai tujuh, kami melihat sesosok cewek tinggi yang berdiri menjulang di depan kamar 707. Aku menyenggol Shindong.

"Oppa, apa itu... sonsaengnim mereka?"

Si cewek tidak terlalu kurus, tapi juga tidak segemuk aku, yang pasti dia lebih tinggi dari aku, seperti Xili tinggi badannya. Pakaiannya rapi seperti wanita karir, dengan celana panjang dan setelan blazer warna cokelat terang. Rambut panjangnya dikuncir kuda, dan dia menekan bel apartemen 707. Ada yang membukakan pintu dan mempersilakan dia masuk. Aku dan Shindong bergegas, supaya tidak perlu menekan bel lagi.

"Oi, jangan tutup pintunya!"

Dan mendengar permintaan Shindong, Kyuhyun masih berdiri di depan pintu. Dia memandangi kami lalu memandangi Happy yang mengekori kami.

"Eh... hyung dan Manshi?" tanyanya heran.

"Kami mau melihat kalian ikut les," jawabku sambil nyengir.

"Err... boleh saja sih. Tapi jangan ganggu konsentrasi kami lho."

Kami masuk dan melihat si cewek sudah duduk di sofa, berhadapan dengan Ryeowook, Yesung, Sungmin dan Donghae yang kelihatannya tegang. Kini aku bisa melihat dengan jelas wajah si cewek. Kulitnya putih, matanya tidak terlalu sipit, hidungnya mancung dan bibirnya tipis, pipinya juga chubby. Dia sedikit mengingatkanku akan campuran Xili dan Yifang sekaligus.

"Aku les dulu yah."

Kyuhyun bergabung dengan keempat hyungnya. Karena terlalu sempit, akhirnya Yesung dan Ryeowook pindah ke sofa untuk berdua. Aku menyodok Shindong, ingin menyampaikan isyarat kalau kami akan aneh sekali Cuma berdiri memperhatikan mereka begitu.

"Hae, aku pinjam laptopmu," pinta Shindong.

Shindong menyeretku masuk ke kamar Leeteuk-Donghae yang paling depan, dan Happy berkeliaran bebas di apartemen. Rupanya ada Leeteuk di dalam sana.

"Oi, kalian. Masuklah," Leeteuk mempersilakan, "bagaimana sonsaengnimnya?"

"Hyung belum lihat? Dia cewek lho. Sepertinya umurnya juga 20-an begitu deh."

"Mwo?"

Leeteuk mengintip lewat pintu yang kami biarkan terbuka, jadi kami bisa melihat ke deretan sofa.

"Whoa... ini sih sama saja Yifang atau Henry atau Kibummie yang mengajar. Kenapa bisa pilih sonsaengnim semuda itu sih?"

"Tanya Zhoumi oppa harusnya," jawabku, "aku bukakan pintu toilet untuk Happy dulu biar dia bisa kesana."

Happy, sama seperti Pipi seniornya, sudah mendapat pengajaran untuk buang air di toilet. Aku suka anjing yang tertib, jadi mereka dipersilakan masuk kamar atau bahkan naik ranjang. Ketika aku mau masuk kembali ke kamar Leeteuk, aku melihat Shindong dan Leeteuk mematung di depan pintu kamar, melongok ke ruang tamu. Aku ikutan melihat kesana. Dari sini, kami hanya melihat punggung si sonsaengnim, dan wajah tegang Kyuhyun-Donghae-Sungmin, juga wajah Yesung dan Ryeowook dari samping.

"Selamat malam. Kalian bisa memanggilku Miss Julie. Kurasa aku perlu mengenal kalian sejenis untuk... mengawali perjumpaan kita saja?"

Akupun kaget mendengar nada bicaranya. Dari suaranya, terdengar wibawa yang bisa membuat orang tunduk padanya. Tapi suara itu juga sekaligus terdengar lembut, menandakan dia orang yang pengertian. Tapi hanya itu saja yang kutangkap, aku bukan Yifang yang pandai menilai orang dari pertemuan pertama. Namanya Julie, dan hangul-nya sangat bagus untuk orang yang pandai berbahasa Inggris. Tunggu... Julie? Dia orang mana sih? Kenapa aku merasa... wajahnya tidak terlalu Korea?

"Aih, Miss Julie bisa Hangul rupanya," celetuk Yesung lega.

"Tentu saja aku bisa. Kalau tidak bagaimana aku mengajari kalian? Langsung dengan bahasa Inggris, begitu?" ujar Julie.

"Ng... iya juga ya. Aku Yesung, ini Ryeowook, dan disana itu Sungmin, Donghae dan Kyuhyun."

"Beberapa kalian lebih dewasa dari aku. Apa aku harus memanggil kalian dengan sebutan oppa atau nama saja? Aku jadi sedikit bingung dengan hubungan murid-guru begini."

"Panggil nama juga tidak apa-apa kok," kata Ryeowook.

"Ah, baiklah kalau begitu. Yesung, Ryeowook, Sungmin, Donghae dan Kyuhyun. Bisa kita mulai pelajaran pertama hari ini? Kurasa tiga pertemuan pertama akan kupakai untuk mengajari kalian mengenalkan diri dan beberapa vocabulary sederhana."

"Vocab... apa?" Tanya Sungmin bego.

"Maksudku, kosakata sederhana. Oke?"

"Tidak masalah," jawab Kyuhyun, siap dengan buku catatannya.

"Ada yang tidak beres," kataku dengan suara yang hanya bisa didengar dua oppa di dekatku.

"Waeyo?" Tanya Leeteuk.

"Lihat itu Donghae oppa. Dia kenapa tuh?"

Jelas Donghae tidak beres. Dia dari tadi tidak bergerak, atau aku ragu dia masih ingat untuk bernafas. Dia terus termenung memandangi Julie, bahkan sudah beberapa menit ini mulutnya ternganga. Tidak ada orang-orang di dekatnya yang memperhatikan tingkah anehnya ini.

"Omo... omo... air liurnya sudah menetes."

"Aih, hyung, kau benar! Ssst... sst..." desis Shindong, berusaha menarik perhatian orang-orang disana.

Akhirnya yang menoleh adalah Yesung, ekspresi wajahnya penuh tanda Tanya. Dia mengerutkan dahinya. Shindong menunjuk ke  rah Donghae. Yesung kebingungan sesaat, tapi akhirnya dia mengerti.

Dia menoleh ke Donghae, "ya~ Lee Donghae, ada yang tidak beres ya? Itu air liur!"

Ditegur langsung oleh Yesung, Donghae kaget dan cepat-cepat mengusap air liurnya dengan punggung tangan kanannya. Julie memandangi Yesung dan Donghae sesaat sebelum kembali focus pada buku yang dipegangnya.

"Kurasa aku sudah tau."

"Mwo?" tanyaku dan Leeteuk kompak.

"Si Hae baru saja jatuh cinta pada Julie."

MWORAGO? Huahahaha... sudah waktunya Donghae membuka hatinya untuk cewek baru selain Xili. Ada gunanya juga sih.

"Cuma kan tidak perlu sampai menetes begitu air liurnya," ucapku sambil tertawa.

"Dia belum lewat masa puber," ujar Leeteuk.

"Mana... harusnya sudah lewat, oppa. Donghae oppa sudah 23 tahun."

"Berarti masa pubernya berulang," ucap Shindong, terbahak.

"Pokoknya nanti kita olok-olok dia saja," putus Leeteuk.

Akupun tertawa. Ya ampun, bagaimana ini... murid langsung jatuh cinta sama gurunya pada pandangan pertama? Asyik sekali...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun