Kesekian kalinya aku terbuai dan dibuatnya terpesona oleh sikapnya.
Erlangga kembali melajukan motornya ketika aku sudah memasuki pintu rumah.
Selang beberapa jam setelahnya, ketika dini hari lewat tengah malam, ponselku berdering, membangunkanku dari mimpi-mimpi gelisahku. Aku lihat di layar ternyata dari mamahnya Erlangga. Kekhawatiran mulai menyergapku, hatiku bertanya-tanya ada masalah apa hingga mamah Erlangga menelepon tengah malam begin ?
“Iya tante ada apa ?” sapaku ramah
Namun yang kudengar hanya hening dan isak tangis
“tante..semuanya baik-baik saja kan ?” aku yang mulai panik bertanya kembali
“Erlangga…kecelakaan” Mamahnya mengutarakan terbata yang mebuatku terpaku dan lemas seketika, bak gelegar petir kabar tersebut meluluh lantahkan segala mimpi.
Aku mencoba menguatkan hati, mecoba tegar untuk mengetahui keberadaan Erlangga lebih lanjut
“bagaimana keadaan Erlangga tante ?” aku bertanya terisak, dan air mata tak henti membasahi
“Dia koma…” jawab mamahnya
Aku tak bisa menunggu lagi, aku segera menuju rumah sakit tempat Erlangga di rawat. Ayah yang khawatir dengan keadaanku meminta untuk beliau yang menyetir.