Erlangga menggenggam tanganku
“sebentar lagi kita akan resmi menjadi pasangan terikat janji suci. Terima kasih karena kamu bersedia untuk menghabiskan sisa hidup bersamaku” Erlangga mencium keningku
“Aku juga berterima kasih atas limpahan cinta dan kasih sayangmu yang luar biasa kepadaku, aku tak mungkin sanggup hidup jika tanpamu..” ucapku
Erlangga meletakan telunjuknya di bibirku
“Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Aku sangat yakin kamu wanita yang tegar, kamu akan mampu melewati hidup dengan baik meski tanpa aku nanti” Ucapan Erlangga yang tiba-tiba saja membuatku takut
“Aku mohon kamu jangan berkata seperti itu lagi” Aku menghambur di pelukannya
Dengan sepeda motornya, Erlangga mengantarkanku kembali ke rumah.
“Selamat istirahat ya.. bermimpi lah yang indah, karena setelah malam ini kita tidak ada pertemuan lagi…” ucap Erlangga, perubahan nada suaranya yang terlambat kusadari
“iya..sampai saat tiba akad nikah nanti” jawabku “kamu hati-hati ya di jalan” ucapku padanya
Erlangga hanya tersenyum. Ia mengeluarkan setangkai mawar putih dari balik jaketnya.
“bunga yang cantik untuk wanitaku yang selalu cantik”