“Sejak pertemuan dengan kamu di Kedai Kopi, di Bandung saat itu. Aku sudah jatuh hati terhadap kamu” Erlangga mengutarakan perasaannya
“Kenapa ? bukannya aku terkesan acuh saat itu ?” tanyaku penasaran
“Aku sendiri tak bisa menjelaskan. Tapi aku tahu ada hal istimewa dalam dirimu yang membuat aku begitu tertarik” Jawab Erlangga
“kamu selalu bisa membuatku tersenyum dan aku selalu nyaman berada di sisimu” ku utarakan isi hatiku
Erlangga menggenggam tanganku, di bawah sinar bulan purnama yang benderang serta angin pantai yang berhembus sejuk membisikan nyanyian-nyanyian syahdu membuat romansa kebersamaan kami semakin romantis.
“Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersama kamu, aku ingin selalu menjagamu di setiap mimpi dan nyatamu. Aku ingin selalu di sisimu menghabiskan masa tua bersama hingga maut memisahkan” Kata-kata Erlangga membasuh relung hatiku
Aku melepaskan genggaman tangannya, terkejut. Tetapi aku tidak dapat menyembunyikan wajahku yang merona.
“Apa tidak sebaiknya di bicarakan dahulu antar keluarga ?” tanyaku tersipu
“pasti..aku akan menemui orang tuamu” Erlangga menjawab mantap
Selang satu minggu dari hari itu, Erlangga sungguh-sungguh menepati janjinya. Bersama keluarga besarnya, ia meminangku lewat kedua orang tuaku. Prosesi lamaran yang hanya di hadiri oleh kedua belah pihak keluarga berlangsung sangat sederhana. Memutuskan waktu yang tepat untuk pernikahan.
Usai acara lamaran tersebut, Erlangga tidak pulang bersama keluarganya. Ia mengajakku ke sebuah tempat yang sungguh menawan, dimana kerlap-kerlip bintang bertabur indah menatap kebersamaan kami.