“oh..santai saja. Selepas hujan reda aku akan segera pergi” jawabku mencoba seramah mungkin
Keheningan terjadi diantara kami, hanya gemuruh hujan yang terdengar samar
“kamu asli Bandung ?” Tanyanya kembali membuka percakapan
“Tidak. Aku di sini hanya untuk observasi saja” jawabanku masih terkesan acuh dan membuat ia menutup pembicaraan
Beberapa saat setelahnya hujan berhenti, aku pun segera merapikan peralatanku yang ada di meja.
“Aku duluan ya…bye…” aku tergesa mengenakan ranselku
“Maya…bisa kita bertemu lain waktu ?” ia memanggilku
Aku hanya menjawab tersenyum, mengangguk.
Siapa yang menyangka pertemuan di kedai tempo hari ternyata berlanjut, Sebuah perjumpaan yang kukira hanya untuk pertama dan terakhir kalinya. Entah apakah itu di sebut sebuah kebetulan ? karena ternyata kantor Erlangga di Jakarta berdekatan dengan kantorku.
Pertemuan tak sengaja berikutnya itu pun terjadi di sebuah tempat makan tak jauh dari kantor kami berada. Sejak saat itu kedekatan kami semakin intens, pertemanan yang pada akhirnya menimbulkan sebuah rasa sayang antara laki-laki dan wanita dewasa.
Hubungan yang terjalin antara aku dan Erlangga mengalir apa adanya seperti air, tak ada panggilan-panggilan khusus. Sekian bulan terlewati dengan kebersamaan, ia yang selalu dapat menghapus air mata dan mengukir bahagia untuk hari-hariku.