” Ind, kamu jangan sedih..ini bukan akhir dari segalanya
ini adalah awal bagiku, mungkin jarak yang jauh bisa membuatmu untuk menyadari betapa aku sangat mengharapkanmu, menyayangimu, ...perlu kamu tahu aku tidak menghubungi kekasihku detik-detik keberangkatanku, yang seharusnya dialah yang harus aku hubungi saat ini.” suaraku sedikit terputus-putus, kukuatkan hatiku untuk mengucapkan kata-kata selanjutnya tapi aku tak kuat lagi,
” Ind sudah dulu ya ...? doakan aku, jaga dirimu baik-baik ..da..?”
” Rangga..? jangan tutup dulu teleponnya, aku mohon,.. aku mohon,...?” Suara Indry semakin menghilang, hanya samar aku dengar namaku disebutnya berulang-ulang, sepertinya ia tidak merelakanku. Langsung ku tutup dan matikan HP agar hatiku tenang. Membiarkan seseorang di seberang yang mungkin sedang berusaha untuk menghubungiku kembali. para penumpang sudah berjalan menuju pesawat. Akupun mengikuti mereka berjalan di barisan paling belakang.
Tak lama kemudian aba-aba dari pesawat mengingatkan para penumpang untuk merekatkan sabuk pengaman terdengar. Akupun segera melilitkan sabuk pengamanku. Menutup mataku dan berdoa sejenak, selesai berdoa aku biarkan mataku terpejam beberapa saat dan menghadirkan wajah-wajah orang yang aku tinggalkan. Indry...Ira...wajah mereka berdua bergantian hadir dalam benakku. Kubuka kembali mataku dan menjatuhkan pandanganku ke bawah memandangi Manado yang semakin mengecil dan kemudian tertutup awan putih. Sebuah kalimat terbisik dalam hatiku ” Selamat Tinggal Manado, aku akan merindukanmu bersama orang-orang yang menyayangi, dan mencintaiku” dan akupun terlelap dalam tidur ditemani mimpi-mimpi indah tentang masa depan yang menantiku disana.