Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jakarta Membunuh semua Cinta Lamaku

4 Mei 2016   22:16 Diperbarui: 4 Mei 2016   22:34 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

” Ind, kamu jangan sedih..ini bukan akhir dari segalanya

ini adalah awal bagiku, mungkin jarak yang jauh bisa membuatmu untuk menyadari betapa aku sangat mengharapkanmu, menyayangimu, ...perlu kamu tahu aku tidak menghubungi kekasihku detik-detik keberangkatanku, yang seharusnya dialah yang harus aku hubungi saat ini.” suaraku sedikit terputus-putus, kukuatkan hatiku untuk mengucapkan kata-kata selanjutnya tapi aku tak kuat lagi,

” Ind sudah dulu ya ...? doakan aku, jaga dirimu baik-baik ..da..?”

” Rangga..? jangan tutup dulu teleponnya, aku mohon,.. aku mohon,...?” Suara Indry semakin menghilang, hanya samar aku dengar namaku disebutnya berulang-ulang, sepertinya ia tidak merelakanku. Langsung ku tutup dan matikan HP agar hatiku tenang. Membiarkan seseorang di seberang yang mungkin sedang berusaha untuk menghubungiku kembali. para penumpang sudah berjalan menuju pesawat. Akupun mengikuti mereka berjalan di barisan paling belakang.

Tak lama kemudian aba-aba dari pesawat mengingatkan para penumpang untuk merekatkan sabuk pengaman terdengar. Akupun segera melilitkan sabuk pengamanku. Menutup mataku dan berdoa sejenak, selesai berdoa aku biarkan mataku terpejam beberapa saat dan menghadirkan wajah-wajah orang yang aku tinggalkan. Indry...Ira...wajah mereka berdua bergantian hadir dalam benakku. Kubuka kembali mataku dan menjatuhkan pandanganku ke bawah memandangi Manado yang semakin mengecil dan kemudian tertutup awan putih. Sebuah kalimat terbisik dalam hatiku ” Selamat Tinggal Manado, aku akan merindukanmu bersama orang-orang yang menyayangi, dan mencintaiku” dan akupun terlelap dalam tidur ditemani mimpi-mimpi indah tentang masa depan yang menantiku disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun