Kring…!!, Kriiiing …!! Tiga kali telepon di Wartel tempatku bekerja berdering, tapi belum juga diangkat-angkat oleh Kiki si penjaga wartel. Dia sibuk menghitung penghasilannya hari ini, takut jangan-jangan dia nombok lagi, atau malah kelebihan.
” Ki.., telponnya diangkat dong !. Aku sedang sibuk nih, ntar lagi klienku akan datang” suruhku pada Kiki, sambil terus mengetik di papan tutsku karena sedang dikejar deadline., tanpa menunggu teleponnya berdering untuk kelima kalinya Kiki berdiri dan mengangkat gagang teleponnya.
” Halo ..!! mau bicara dengan siapa ?” Ucap Kiki sedikit kesal. Tapi nada bicaranya dibuatnya seramah mungkin.
” Oh.. sebentar ya ..aku panggilkan dulu.” Kiki meletakkan gagang teleponnya dan segera menarik kupingku dengan keras.
” Aouw..! pemai deng ngana*) ” umpatku pada Kiki sembari memegangi kupingku yang memerah karena ulahnya.
” Teleponnya buat kamu tuh !” . Kiki segera menyelesaikan hitungannya yang dari tadi belum kelar-kelar.
” Halo ini dengan Rangga, ini siapa ya ?” sapaku pada orang di seberang.
” Apa kabar ngana*) Pak Rangga, sudah lama kita tidak ketemu, ini saya Lesmana” Jawab orang di seberang yang ternyata adalah Lesmana sahabat yang sudah kuanggap seperti kakak sendiri, dengan sedikit menyisipkan logat Manado yang tidak kental karena dia adalah orang Jawa. Tapi sering berbulan-bulan di Manado mengurus proyek mereka disini.
” Hei..! ternyata kamu ada dimana sekarang ? sudah lupa Manado ya ?” cecarku dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.
” Aku sekarang ada di Jakarta, Is, kamu besok ke Jakarta ya ? tiketnya sudah di pesan, nanti kamu tinggal ambil di kantor Manado.” Jawaban sekaligus ajakan Lesmana membuat aku tidak percaya dan sepersekian detik terdiam.
” Apa..? berapa lama aku disana dan dalam rangka ? apa mau main atau kerja ?” tanyaku, ” Pokoknya kamu ikut aku aja, disini kamu kerja bareng kami, ingat gak ada kesempatan kedua loh.?” tegas Lesmana lagi.