"Aku iri sama kamu, Ara. Bisa menghabiskan waktu liburmu dengan papa mamamu. Sedangkan aku? Sudah dijanjiin bertemu sabtu lalu pun, masih juga dibohongi. Padahal sudah lama sekali papa tak menemuiku. Aku tahu pasti ibu tiriku tak suka papa bertemu denganku. Makanya dia bikin cerita anaknya sakit."
"Bilang" ADIKKU" Obi.. Jangan bilang "ANAKNYA" . Kan dia anak ayahmu, jadi dia adikmu. Lagipula, Obi gak boleh curiga begitu, ah. Siapa tahu memang adikmu sakit."
Panjang lebar Ara menasihatiku. Tapi tetap, tak satu pun kata-katanya masuk ke otakku. Bagiku itu hanya sekedar hiburan belaka.
****
"Halo, anak mama apa kabar?" terdengar suara mama yang renyah di telepon genggamku.
Mama biasanya menelponku seminggu atau dua minggu sekali. Basa-basi menanyakan kabarku dan tante Meta.
Semenjak pindah ke kota Bristol, Inggris, baru sekali mama pulang ke Jakarta, sebulan setelah kepergian Nenek. Ya aku bilang hanya basa-basi karena aku tak yakin mama benar-benar mau tahu kabar tentangku. Dan sudah 3 tahun lebih menikah pun mama belum mau jujur tentang keberadaanku pada suaminya. Jadi apakah aku masih berharga bagi mama?
"Halo, anak mama.. Kok gak jawab pertanyaan Mama."
"Baik," jawabku dengan malas.
"Mama kangen sama Obi, Sayang."
Ahh... Lagi-lagi omonganbasi. Itu saja yang diucapkannya setiap menghubungi aku, tapi realisasinya nol besar.