Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan Cinta Mama Papaku

21 November 2018   19:09 Diperbarui: 21 November 2018   19:16 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

****

Ucapan papa masih terngiang di telingaku.

"Obi, papa minta maaf, Nak. Papa harus segera kembali ke Bandung. Tante Tasya telpon kalau Bella sakit panas. Mudah-mudahan lain waktu papa bisa ke Jakarta lagi, ya, Sayang."

Tante Meta mengusap kepalaku. Sakit hati yang kurasakan bagai belati yang menusuk tepat di jantungku. Kecewa dan marah dengan papa yang begitu mudahnya melanggar janjinya. Dan itu sudah sering sekali dilakukannya. Atau aku yang memang bodoh ya, selalu dan selalu menyimpan harapan dan percaya setiap papa  janji untuk bertemu ?

Suasana ramai di sekitar food court tak bisa menghiburku. Justru aku iri dan menambah kemarahanku karena begitu banyak anak-anak yang terlihat menghabiskan akhir pekannya dengan orangtua mereka.

Tante Meta memegang tanganku dengan lembut.

"Obi mau makan apa, Sayang?"

Aku menggelengkan kepalaku. Rasa lapar yang tadi kurasakan sepanjang perjalanan ke mal ini, lenyap seketika. Aku memang tak mau sarapan pagi ini karena ingin makan sepuasku bersama papa. Tapi ternyata keinginanku tak terwujud.

"Obi, Sayang. Nanti kamu sakit Nak. Makan ya? Mau pesan fish and chips kesukaan Obi ? Tante belikan ya ?"

Adik mama itu terus membujukku dengan sabar.

Aku tetap menggelengkan kepala. "Papa pembohong," desisku menahan marah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun