Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan Cinta Mama Papaku

21 November 2018   19:09 Diperbarui: 21 November 2018   19:16 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semenjak Nenek meninggal setahun yang lalu, aku memang bagai anak yang tak berayah dan beribu. Mama papaku bercerai saat aku berusia 10 tahun dan ketika itu aku ikut dengan mamaku dan tinggal di rumah nenekku di Jakarta, sementara papa menikah kembali dengan tante Tasya dan tinggal di Bandung.

Tapi keadaan berubah 3 tahun yang lalu, saat Mama berkenalan dengan seorang lelaki berkebangsaan nggris. Mama menikah dan memilih menitipkan aku pada nenek, daripada membawaku pindah ke negara suaminya.

Aku ingat mama bilang kepada Nenek kalau uncle Edward tak tahu kalau mama sudah punya anak. Ya, mama berbohong demi bisa menikah dengan lelaki tersebut.

Papa pun tak bisa membawaku tinggal bersamanya, karena kata papa Tante Tasya sudah repot mengurusi anak mereka yang masih kecil. Jadilah aku anak nenekku. Segala keperluanku Nenek lah yang mengurusinya. Orangtuaku hanya mengirimkan uang untuk biaya hidupku sebulan sekali. Sangat jarang aku bisa bertemu dengan mereka, bahkan papaku  yang tempat tinggalnya hanya berjarak sekitar 150 an km pun jarang sekali mengunjungiku.

Beberapa kali aku memang menghabiskan liburanku ke Bandung, tapi aku merasa tante Tasya tak menyukaiku. Sikapnya sangat dingin padaku. Ah apakah benar, memang ibu tiri selalu jahat? Tapi kata Ara, teman sekelasku, ibu tirinya sangat sayang sekali padanya.

"Obi...  Kok malah melamun ?"  kurasakan tangan lembut bu Nana memegang lenganku.  

"Eeeggh..  Enggak apa-apa Bu,"

"Obi ada masalahkah ? " tanya bu Nana sambil menatap tajam mataku.  

Sekali lagi aku menggelengkan kepalaku.  

"Ya sudah nanti ibu coba telpon tantemu, ya.  Kemarin ibu sudah coba menghubungi tapi tak diangkat.  Mungkin tante Meta sedang sibuk," seulas senyum mengembang di bibir bu Nana.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun