"Sayang, jangan buat tante Meta sedih dong. Tante tahu kamu kecewa. Tapi kan masih ada tante. ngat pesan Nenek sebelum meninggal, Sayang?"
"Obi, Â Nenek percaya Obi akan menjadi anak yang kuat dan tegar. Â Sedih boleh saat kecewa dengan sesuatu, tapi jangan pernah melakukan hal yang merugikan diri sendiri. Obi sayang Nenek, kan? Nenek juga sayang sekali sama Obi, satu-satunya cucu Nenek. Jaga tante Meta ya. Obi kan lelaki meskipun belum dewasa. Nenek percaya, Obi pasti bisa."
Bayangan wajah Nenek berkelebat di mataku.
Air mataku tumpah seketika. Aku menutup wajahku dengan ke dua telapak tanganku dan bahuku mulai berguncang-guncang. Aku tak peduli dengan sekelilingku. Aku yakin orang-orang pasti mulai memandang ke meja kami dan penasaran dengan apa yang terjadi.
"Stttt, gak boleh nangis di sini, Sayang. Malu dilihatin banyak orang."
Terdengar bisikan Tante Meta di telingaku dan sentuhan lembut tangannya terasa di bahuku.
"Pulang, Yuk. Kalau Obi gak mau makan di sini. Nanti Tante masakin fish and chips deh di rumah."
Saat ini yang aku punya memang hanya tante Meta. Dialah satu-satunya tumpuan kasih sayangku.
****
Getar notifikasi whatsapp di telepon genggam menyandarkanku dari lamunan. Â Kuraih benda persegi yang kuletakkan di meja belajarku. Kulihat nama pengirimnya "Ara".
Mau apa Ara mengirim pesan padaku.