Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Fantasy) Sang Raja Negeri Anggora dan Si Pencuri

23 November 2016   20:02 Diperbarui: 24 November 2016   13:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jim kucing liar di Azerbaijan

Raja Moreno menyibakkan jubahnya,  lalu dengan tongkatnya berjalan ke arah halaman istana karena ingin menyaksikan sendiri hukuman yang akan dilakukan oleh eksekutor istana. Sementara Ratu Sofhia tetap berada di dalam istana. Sebenarnya Ratu cantik itu tak tega dengan hukuman-hukuman yang diberikan oleh suaminya pada para manusia. Tapi dia tak bisa apa-apa,  apalagi semua itu dilakukan sebagai bentuk peringatan pada manusia bahwa setiap perbuatan jahat ada balasannya.  

Eksekutor istana sudah tampak siap untuk melakukan tugasnya.  Wajahnya menggunakan topeng yang hanya menampakkan kedua pasang matanya. Pakaian berwarna hitam selaras dengan warna bulunya menambah kesan garang pada penampilannya.  Sebilah pedang panjang yang sinarnya sungguh menyilaukan mata dan tampak sangat tajam melengkapi penampilannya.  Prajurit istana memaksa Ruben meletakkan ke dua tangannya di meja eksekusi.  Ketakutan nampak jelas di matanya yang tidak ditutupi.  Jantungnya berdetak kencang.  

“Paduka Raja,  hukuman siap dilaksanakan,” lapor seorang prajurit dengan lantang.  

Raja Negeri Anggora tersebut menganggukkan kepala. Eksekutor istana mengangkat pedangnya, siap untuk memotong ke dua tangan Ruben.  

Lelaki malang itu memejamkan matanya.  Tak sanggup membayangkan sakit yang akan dirasakannya saat tangan lepas dari raganya.

Sang eksekutor menarik napas panjang. Bekerja sebagai “tukang hukum” bukanlah hal yang menyenangkan. Teriakan dan jeritan mereka saat menjalani hukuman sering membayangi tidurnya. Tapi dia pun marah dengan kekejaman manusia.  Dia hanya melakukan tugas pada manusia-manusia kejam yang telah menyakiti saudara-saudaranya.

“Potong tangannya sekarang juga,” teriak salah satu penduduk Negeri Anggora yang ikut menyaksikan hukuman tersebut.  

“Dasar pencuriiiiii”

“Hukum sekaraaaaanggggg,”

Penduduk semakin gaduh dan berteriak teriak,  terlihat begitu dendam dengan manusia manusia yang bertindak kejam pada bangsa mereka.  

Ruben semakin ketakutan. Peluh membasahi tubuhnya, bercampur antara kegerahan dan ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun