Ah tak terkunci rupanya
Ruben melangkah masuk ke dalam pondok.
“Heloooo, permisiiiiiii…, “
Tetap tak ada jawaban. Ruben melihat sekeliling isi pondok, tampak begitu nyaman. Ada sofa coklat di ruang tamu yang dilengkapi dengan selimut tebal. Sementara perapian di sudut ruangan membuat ruangan menjadi hangat. Di atas meja makan dengan empat kursi yang melengkapi, tampak sebuah teko alumnium dan beberapa cangkir keramik. Ruben melangkah mendekati meja makan. Dipegangnya gagang teko tersebut.. panas… Aroma jahe membelai hidungnya.. Tehjahe.. Ah nikmatnya. Berarti ada orang yang menyiapkan minuman ini. Tapi siapa? Mengapa penghuni pondok ini pergi tanpa menutup pintu rumah?
Ruben menuangkan minuman panas itu ke dalam cangkir dan mengambil beberapa biskuit coklat serta sepotong cake strawberry yang tersedia di atas meja.
“Mudah-mudahan mereka tak marah karena aku lancang mengambil minuman dan makanan yang ada di atas meja”
Sesaat setelah menghangatkan diri dengan minuman teh jahe dan mengenyangkan perutnya, tiba-tiba rasa kantuk menyerang Ruben.
Tak lama dia pun terlelap.
“Heiiiii, Kamu, masuk rumah tak meminta ijin. Mengambil makanan seenaknya. Dasar pencuriiiiii, “ sesosok besar dengan badan berbulu lebat berdiri di depannya sambil berkacak pinggang.
Ruben kaget melihat sosok yang ada di depannya, seekor kucing lengkap dengan pakaian bak seorang prajurit. Badannya begitu besar dan tampak sangat kuat.
Mulut Ruben menganga keheranan. Matanya masih tak percaya. Ada di negeri manakah dirinya?