Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Fantasy) Sang Raja Negeri Anggora dan Si Pencuri

23 November 2016   20:02 Diperbarui: 24 November 2016   13:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jim kucing liar di Azerbaijan

Tapi kucing besar itu tak mau menunda lagi.  Ditariknya dengan paksa tangan Ruben dan membawa lelaki malang itu ke Istana yang sangat besar dan megah untuk menghadap Raja Moreno.  

****

Hukuman akan segera dilaksanakan.  Ruben menangis sedih di dalam ruangan yang sempit dan pengap.  Hanya ada lobang kecil di dinding atas sebagai ventilasi udara. Dirinya masih tak percaya dengan kejadian yang sedang dialaminya.  Bagaimana mungkin sekarang dirinya terkurung di sebuah Negeri kucing.  

Kemarin saat dirinya akan dimasukkan ke dalam sel,  Ruben melihat ada manusia seperti dirinya yang sedang disiksa oleh prajurit kucing.  Tangan dan kakinya diikat dengan sangat kuat,  lalu badannya dipukuli dengan kayu.  Jeritan lelaki itu tak membuat para prajurit iba.  Pukulan demi pukulan terus dilakukan.  

Di sisi lain tampak seorang wanita yang dikurung di dalam kerangkeng menangis berteriak-teriak meminta makan.  Di luar kerangkeng,  tampak para prajurit kucing anggora sedang menikmati makanan yang sangat lezat, tapi tangisan wanita itu membuat salah satu prajurit kucing marah besar.  

“Heiiiiii,  bisa diam tidak? Bukankah kamu juga sering membiarkan bangsa kami kelaparan?”

Wanita bertubuh gempal itu hanya bisa terisak dan memegangi perutnya yang melilit.  Penyesalan menyesaki dadanya.  Tuduhan prajurit kerajaan Anggora memang benar,  dia tak pernah mau membagi makanan pada kucing yang dimilikinya.  Kucing tersebut hanya disuruh untuk menakut-nakuti tikus yang berkeliaran di rumahnya, tapi tak pernah disayangi dan diperhatikan.

Ruben tertunduk.  Ingatannya tertuju pada Hilda dan ketiga buah hatinya. Bagaimana kalau tak ada lagi yang bisa mereka makan?  Bagaimana kalau mereka kelaparan?

Bunyi denyitan pintu sel yang dibuka membuat tubuhnya gemetaran.  Waktu untuk eksekusi hukuman sepertinya telah tiba.  Dalam lampu remang-remang,  Ruben bisa melihat dua prajurit berwajah garang yang kemarin menariknya dengan paksa masuk ke dalam sel.  

“Heiiiii..  berdiri, Kamu. Pagi ini kamu akan menjalani hukumanmu  di hadapan Raja Moreno, “ Prajurit istana manarik paksa tubuh Ruben,  tak memberi waktu lelaki itu beranjak sendiri dari tempat duduknya. Apalagi memberinya kesempatan untuk membela diri. 

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun