Raja Moreno duduk di Singgasana, tampak gagah dengan bulu abu-abunya tertutup jubah panjang berbahan beludru dan berwarna biru. Di sampingnya, Ratu Sofhia yang cantik dengan mahkota bertahta tiara dan gaun berwarna pink menutupi bulu putihnya.
“Kamu sudah siap menerima hukuman atas perbuatanmu?”
Ruben yang tersungkur di lantai sangat ketakutan mendengar ucapan Raja Moreno yang sangat berwibawa.
“Kenapa kamu diam saja. Jawaaaaaaab!!
Prajurit istana yang berdiri di belakang ruben menendang tubuh pria itu.
“Sa… Sa… Saya mo.. mo.. mohon diampuni, Tuan Raja. Ka… ka.. kasihanilah a.. anak-anak saya, “
“Kasihan katamu? Kamu sendiri tak kasihan waktu memotong kaki bangsaku hanya karena mengambil ikan salmon di meja makan keluargamu?”
Ruben terkejut mendengar perkataan Raja Moreno. Bagaimana Raja Negeri Anggora ini bisa tahu? Ruben memang pernah memotong dua kaki depan seekor kucing karena mencuri ikan yang baru saja dimasak istrinya. Kejadian hampir tiga tahun yang lalu, yang dia dia pun sudah hampir lupa.
“Padahal bangsaku itu hanya lapar. Dia mempunyai anak anak yang harus disusui. Tapi dengan kejamnya kamu potong. Tak ada belas kasihan sedikitpun padanya.”
Ruben menangis tersedu-sedu. Ingatannya melayang pada kejadian tiga tahun yang lalu. Dia sangat marah saat seekor kucing liar tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya dan mencuri ikan salmon yang disajikan istrinya di piring dengan kentang pure dan sayur wortel buncis. Lelaki itu mengejar kucing tersebut. Dan entah apa yang ada di benaknya, saat terlintas pikiran jahat memotong kaki depan kucing malang tersebut lalu membuangnya di tempat sampah.
Tiba-tiba Ruben menangis sesenggukan. Rasa bersalah tiba-tiba menyerang hatinya. Penyesalan yang sangat besar begitu dirasakannya.