“Heh, jahil!”
***
Sudah kutebak, dia pasti sedikit kaget begitu kutuntun untuk membelokkan mobil masuk gang lebar itu.
“Wah, kok banyak mobil polisi dan tentara?” gumamnya celingukan. “Ini kompleks rumah mewah pejabat militer dan kepolisian ya?”
Aku tak menjawab. Kutuding rumah di deretan ketiga sisi kiri jalan. Alan makin heran melihat di depan rumah terdapat beberapa pria tegap berbaju safari warna gelap memberi tanda agar mobil berhenti.
“Buka jendelanya,” ujarku.
Dua di antaranya mengapit sisi kanan dan kiri mobil untuk melihat siapa di dalam lewat jendela depan. Kuturunkan kaca jendelaku, tepat ketika wajah salah seorang pria yang kuketahui bernama Pak Jodi muncul melihatku.
“Malem, Pak. Mau ketemu Mama. Saya bawa teman,” sapaku.
Ia langsung tersenyum, lalu mengangguk.