“Stop! Stop it! Kita kumpul untuk ketemu mama kamu, bukannya buat FH!”
Aku tertawa pelan dengan napas berkejaran dan sedikit menggigit bibir. Spontan tangan kanan mengelus leherku yang rasanya sudah tidak keruan.
By the way, FH adalah singkatan dari Flying High. Itu inside joke kami berdua untuk memperhalus istilah ML, yang dalam kacamata intelektual berstrata ekonomi menengah ke atas seperti kami—terutama Alan—jadi terdengar sedikit primitif.
“Hehe… iya. Kamu sih, bikin aku jadi lupa.”
“Salahkan dirimu sendiri!” Alan mengecup bibirku sekali lagi, tapi yang ini kecupan ringan. “Siapa suruh kamu jadi semanis ini?”
Aku tertawa panjang dan melepaskan pelukanku.
“Ahahaha…! Mr. Flirtinger beraksi lagi.”
Alan terkekeh. Ia melintas menuju meja kerjanya untuk mengambil BB dan tas kerjanya yang berisi netbook mungil.
“Berangkat sekarang?”
Aku menengok jam dinding di atas pintu utama apartemen yang langsung bersambungan dengan lift. Tepat pukul 17. Dari sini menuju kawasan Pondok Indah, dalam keriuhan rush hour petang, mungkin akan memakan waktu satu setengah jam. Pasti keburu. Aku janjian dengan Mama pukul 19.30, tepat pas jam makan malam.
“Oke. Are you ready to meet my mom for the first time ever?”