Alan mengangguk. Ia memungut kunci kontak Bentley-nya, lalu menggandeng tanganku.
“Sure. Let’s go! Kuharap mamamu tidak keberatan nanti aku akan banyak diganggu urusan kerja di sini,” ia menepuk tasnya pelan.
“Oh, jelas tidak. Mama sendiri juga sibuk. Sampai tengah malam nanti biasanya masih terus kerja.”
Kami menuju pintu. Aku memencet tombol memanggil lift.
“Boleh tahu jenis pekerjaan apa yang ditekuni Mama? ‘Cause sejak dulu kamu cuman bilang beliau seorang pengusaha.”
Aku tersenyum simpul. Pintu lift membuka.
“Ntar aja di mobil, biar leluasa.”
“Allright deh…!”
Kami masuk. Pintu lift menutup. Alan mendekap dan menjebloskanku yang mungil ini ke dalam tubuh kokohnya. Dan sekian detik kami terbang lagi.
***