The thing is, hingga saat ini, aku masih suka curi-curi pandang ke arah Alan. Ketika suasana mobil agak gelap pada jeda antarlampu jalan, aku sempatkan untuk menatapnya walau hanya satu kali kedipan mata. Dia sih cuek. Tetap memusatkan perhatian ke roda kemudi dan suasana jalan raya Jakarta yang selalu penuh sesak sambil sesekali ikut menyanyi mengikuti lagu-lagu slow dari Lite FM 105.8 MHz, kanal radio favoritnya. Yang tengah diputar ini kalau tak salah berjudul Best That You Can Do dari Christopher Cross.
…wake up and it’s still with you
eventhough you left her way across town
wondering to yourself
“hey, what have I found?”
when you get caught between
the moon and New York City…
Tapi kalau pun dia tahu dan lantas balas melihat ke arahku with those beautiful lustful eyes of him, so what!? Dia kan pacarku, wkwkwk…!
Aku bertemu Alan empat bulan lalu, saat sebagai reporter BizChannel, stasiun TV berlangganan khusus keuangan dan investasi di jaringan TV berbayar Neo TV, ditugaskan meliput kecenderungan investasi emas yang terus meningkat di kalangan masyarakat kelas menengah. Target utama liputanku adalah biro investasi Webb-Chapman Investments, yang berkantor pusat di New York, Amerika. Di kantor cabangnya di Jakarta, aku diperkenalkan dengan Alan Verdiansyah, pialang emas yang telah menduduki posisi top manager di Webb-Chapman sebelum usianya genap 28 tahun.
Setelah dua kali pertemuan di salah satu resto European kitchen di Grand Indonesia, satu sesi wawancara berdurasi 15 menit untuk feature TV, dua kali pertemuan susulan, dan entah berapa ratus kali bertukar kata lewat Facebook, Twitter, BBM, WeChat, Skype, dan app apapun yang bisa kami temukan lewat gadget dan internet, the rest is history.