'Ternyata dia definisi cinta yang berbeda. Aku mencintainya, kurasa. Tapi sepertinya dia hanya menerjemahkan kedekatan kami sebatas teman, bahkan tidak masuk ke dalam kategori sahabat.' Ah rupanya ini kisah cinta bertepuk sebelah tangan. Aku sangat paham rasanya, perihnya, namun juga terkadang hadir secercah harap saat orang tersebut kembali datang. Haruskah aku juga bercerita daripada selalu menjadi pendengar yang diam, menjadi tong sampah tempat curhat yang lama-lama mulai menanam rasa, yang sayangnya hanya dari pihakku saja.
Day 21
Bisa
'Aku pasti bisa'. Sebuah kalimat yang selalu disebutkan oleh orang tua untuk menyemangati anak-anaknya melalui berbagai fase kehidupan.
Coba lihat pada saat seorang anak mulai berani melangkahkan kaki, orang tua baik ibu, ayah, kakek, nenek, dan orang dewasa di sekitar lainnya bersorak menyemangati, 'Ayo, kamu pasti bisa.'
Tidak berhenti disitu, saat seorang anak mulai menunjukkan ketertarikan dengan sebuah skill, mencoba hal-hal baru, orang tua juga mendukung dengan mengucapkan kalimat serupa. 'Ayo, kamu pasti bisa.'
Saat beranjak dewasa, seorang anak juga sering menyebutkan 'Yuk, bisa yuk.' dengan tujuan memberi motivasi satu sama lain.
Meski sederhana, kalimat-kalimat ini mampu memberi suntikan energi positif kepada anak yang sedang berjuang.
Kalimat yang bahkan digunakan dalam kampanye dunia politik ‘We can do it’ juga menjadi trademark yang kemudian menguatkan dan mendorong semua orang terlibat dalam gerakan perubahan.
Jadi, apakah kamu bisa untuk menjadi bisa jika diberi salah satu dari sepotong kalimat di atas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H