Hari pertama masih dalam tahap ringan. Hipotesisku, hari esok dan seterusnya tak akan berjalan semudah ini.
3 bulan kemudian, pap tugas mulai berhamburan. Beberapa teman sekelasku pun mulai unjuk gigi dengan potensi yang mereka miliki. Namun, ada satu cowok yang menarik perhatianku.
"Ada yang bisa menjawab?"
"Saya Pak!" seru Aidan.
Lagi-lagi cowok itu yang angkat tangan. Wataknya pendiam bahkan nyaris tak pernah mengobrol denganku kecuali via chat. Karena penasaran, akupun memberanikan diri untuk berkomunikasi secara langsung dengannya saat jam istirahat.
"Aidan! Aku mau bicara!"
Ia berbalik menghampiri lalu menatap aneh padaku, mungkin dia juga merasa agak canggung untuk berbicara empat mata seperti ini.
Sekarang kami saling berhadapan. Apalagi yang kutunggu?
"Kamu anggap aku apa?"
Hah? Aku ngomong apa sih? Jelas dia tidak akan paham apa yang kumaksud. Tapi Aidan nekat juga menjawab dengan nada datar,
"90% teman, sisanya biasa aja" Â