"bu boleh ngopi disini"Â bayu tanpa basa basi
"silahkan mas, mau kopi apa" ibu itu mempersilahkan
kami bertiga pun duduk did epan teras, sambil menunggu kopi hitam cap kapal api datang menghampiri mulut laki - laki yang suka gombal.
tak berselang lama, ibu itu datang dengan kopi di tangan "silahkan mas"
"bu sini aja sih temenin ngobrol kita mau tau tentang desa ini" kata kate
Mumpung ada anak perempuan meski kelihatnnya tidak seperti perempuan, payudara nya engga ada, tubuhnya engga tinggi, lubang hidungnya kecil, yah begitulah tak enak dipandang.
ibu itu pun duduk membersami dengan kita, obrolan panjang, lama - lama diperhatikan, Â ucapan dan pembicaraan tidak seperti ibu - ibu berdaster pada umumnya, sama kaya kita mahasiswa yang masih kuliah, cara bicara, intonasi dan candaanya juga.
disela obrolan ke utara ke kanan, ke barat dan ketimur, alias ngalor ngidul, saya pun bertanya
"bu maaf, kalau boleh cerita kenapa hidunya sendirian saja" tanya saya
Dengan wajah santai ibu itu menjawab "jangan panggil bu, panggil saya nita, saya seumuran ko dengan kalian"
mendengar jawaban itu, kami berdiam kaget, ko bisa ada ibu warung yang seumuran.