Mohon tunggu...
Wamin
Wamin Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis Sosial

Moto Hadapi, Hayati, Nikmati Tim Kreatif KARTA AYU TV, Specialist cioywritting, Digital Marketing, pegiat media sosial, Organisatoris

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

KKN Fenomena RCTI (Rangda Cilik Turunan Indramayu)

7 Januari 2025   22:35 Diperbarui: 7 Januari 2025   22:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok KKN Drunten Wetan Sumber : Arsip Pribadi

Halo Kompasianer, melihat dilayar beranda kompasiana, terdapat program untuk menulis pengalaman selama Kuliah Kerja Nyata. Sedikit malu menceritakannya, karena ini fenomena yang terjadi di daerah saya, Banyak anak putus sekolah untuk nikah muda, hingga berakakhir menjanda.

Tepatnya pada tahun 2022 saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), saat masih menjadi seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi favorit di daerah Indramayu. 

Pada saat itu saya mendapatkan kelompok yang isinya laki - laki semua, dari 15 mahasiswa hanya ada 3 perempuan didalam kelompok.  mendapkan lokasi di Desa Drunten Wetan kecamatan Gabuswetan Kabupaten Indramayu, saya menjalankan KKN selama empat puluh hari, lumayan lama juga ya !

Baiklah sebelumnya perkenalkan dulu, nama saya wamin apriansyah, mahasiswa Prodi Perbankan Syariah. seorang organisatoris yang pandai berbicara, mengolah kata, merangkai kalimat menjadi sebua kata yang membuat wanita terpesona jika saya sudah berbicara, sedikit memuji diri tidak apa apa ya, "hehehehe".

Eits jangan salah, meski saya anak organisasi, saya tidak mau di pilih untuk menjadi ketua kelompok, katanya sih enak, bisa menentukan nilai sendiri, tapi melihat isi kelompok laki - laki semua jadi, berfikir dua kali lah, agak ribet ngurusnya, tau sendiri kalau kosn isinya laki semua.

 Ini posko untuk tidur berasama, segimana berantakannya tidak bisa bayangkan,  mungkin seperti puing - puing kapal yang tenggelam dilautan, baunya karatan, dan dipastikan akan melihat pemandangan celana dalam bergantungan.

Ngurus kebersihan sudah ribet apa lagi ngurus yang lainnya. akhirnya saya menjebloskan satu satunya teman yang saya kenal sudah lama untuk menjadi ketua kelompok. 

Namanya Qomariah, pangggilan akrabnya KATE, berasal dari prodi manajemen fakultas ekonomi.  Kenapa bisa di panggil kate, bayangin postur tubuhnya hanya 120cm lebih kecil dari perempuan pada umumnya. 

Sama seperti ayam, ada namanya ayam Kate, ia kecil tapi suaranya besar, itu alesannya dia di panggil kate. meski kecil tapi suaranya besar, jadi bisa untuk mengingatkan para anak laki - laki yang malas membersihkan kamar mandi.

Kate bukan satu satunya perempuan dikelompok saya, ada Marwiyah sama wulan, tapi kelihatannya dia islami banget, padahal dari fakultas ilmun pendidikan, tapi kalau berpakaian pake gamis, bisa tuh bawahan gamisnya bisa untuk membersihkan lantai.

Karena terlalu islami, mereka berdua tidak mau tinggal bersama di posko, dengan alasan bukan mukhrim.   Di hari pertama kami pun berunding dan menyepakati mereka berdua untuk di tidur terpisah.

" kate gimana ?" tanya mereka berdua.

Kalau kate sudah bisa ditebak,  saya pun menajawab "dia anak pencinta alam, yang hidupnya biasa bergantung dengan alam, jangankan tidur bereng sama laki-laki suruh tidur sama hewan alam liar juga dia mau". seketika ketawa pecah terdengar.

Dihari pertama, setelah menyepakati marwiyah dan wulan untuk tidur dirumah salah satu warga, saya sebagai orang yang dituakan untuk mengantar mereka bersilaturahmi ke warung yang jaraknya hanya 10 langkah dari posko. 

"punten asalamualaikum" ucap saya  berdiri di depan warung sambil melihat berbagai jenis makanan dimeja.

pemilik warung pun terlihat berjalan keluar dengan mengucapkan "walaikum salam, iya mas mau beli apa?"

Agak sedikit bingung, soalnya yang keluar tidak nampak sosok ibu - ibu warung yang memakai daster dengan bau balsem ditubuhnya.

Sejenak saya pun, melolongkan mata dari bawah ujung kaki, sedikit melihat ke atas,  terlihat wajah natural dari perempuan desa, dalam hati berkata "apakah ini dinamakan dengan kembang desa, cuantiknyooooo" 

"iya mas mau beli apa ?" sekali lagi perempuan itu bertanya pada saya.

dengan gugup aku menjawab "ehmm eng engga bu, ini saya mauuu" mulut susah bergerak mencium aroma wangi dari rambunya. 

sekali lagi dengan suara lembut dia bertanya "mohon maaf mas mau beli  ? beli apa ?".

"ehh engga bu" saya pun masih gugup, pandai bicara, bersuara dan melontarkan seketika  senua kemampuan itu hilang.

"mohon maaf mba, ada waktu sebentar engga mau ngomong, " marwiyah pun  menyalip pembicaraan saya yang terlihat gerogi.

"owh boleh mba, silahkan masuk, duduk di dalem saja kalau mau ngobrol" ibu warung itu menawarkan kmi bertiga untuk masuk kedalem dan duduk mengobrol.

Banyak sekali pembicaraan yang keluar,  hanya dengan waktu sebentar kita berdia kelihatan akrab, mulai dari menanyakan ketau RT kondisi masyarkat, potensi yang ada di desa. 

Melihat pembicaraan yang hangat, ibu itu pun menyiapkan minuman dan makanan, sungguh sangat baik perilakuan kepada kami.

Diujung pembicaraan, saya menyampaikan "mohon maaf ibu, kedua orang ini perempuan satu satunya dikelompok saya, jadi mohon untuk bisa tidur di sini, karena tidak enakan kau di satukan satu posko dengan laki - laki", ucap saya.

marwiyah dengan wulan, pun menatap tajam ke saya sambil bertanya "lah emang kate bukan perempuan?" 

"dia mah stengah perempuan, setengah laki - laki " saya jawab sambil tersenyum.

Kami ber empat pun tertawa "hahahahaha"

Tertawa kita behenti saat ibu itu menjawab "sangat senang hati,  kebetulan saya sendiri sendirian dirumah, sekalian menemani saya di sini" kata ibu warung. 

Setelah marwiyah dan wulan mendapatkan ijin, kita bertiga pun langsung berpamitan pulang ke posko. menyiapkan barang bawaan mereka berdua untuk pindah ke situ.

"iya sudah bu kami pamit dulu, nanti ke sini lagi" kami pun berpamitan bersalam, saat hendak mencium tangan ibu itu menolaknya.

Tanpa pikir panjang kita kembali ke posko, mencertiakan kepada teman yang lainnya, bahwa pemilik warung itu masih terlihat muda dan cantik.

Tidak terasa perbincangan kelompok setelah memebrsihkan posko, mengatur jadwal memasak, dan menyiapkan berkas - berkas untuk diberikan ke kepala desa sudah siap semuanya waktu sudah sore, sebentar lagi matahari akan tenggelam.

Seperti biasa kerjaan anak laki - laki kalau di dalem sudah siap semua, menyiapkan secangkir kopi, duduk di teras, sambil bermain gitar. gitar ku petik, lagu kunyanyikan, sambil menyeruput segelas kopi "srupppppppt ah".

Membayangkan wajah ibu - ibu yang saya temui, sambil melihat ke warung itu, karena jaraknya tidak jauh.  

Tiba - tiba ibu warung itu keluar dengan sapu ditanganya, kerjaan sehari -hari para ibu - ibu du desa. terlihat setelah dia menyapu, duduk di kursi depan, terlihat wajahnya murung dari nkejauhan memikirkan sesuatu yang sudah hilang.

Dari Posko bersama anak - anak tatapan kita semua tertuju pada permpuan yang duduk di depan teras. gitar berhenti, salah satu teman nyeletuk " masa ada ya wanita cantik hidup di desa memiliki warung, tidurnya sendirian" terdengar dari mulutnya.

Banyu yang mulutnya agak seperti perempuan menjawab "mungkin dia janda"

"hustttt jangan suzon dulu, siapa tau dia yatim piatu" ucap saya membantah.

Kate dari dalem posko keluar, "woyyy pada ngeliatin apa?, serius amat sih." suaranya yang keras membuat kita kaget, dan ibu warung pun mendengar melihat ke arah kita.

"yihhh berisik"  suaara bayu menenangkan kate sambil memegang kepalanya.

"diem te, lihat itu, ada perempuan cantik yang rumahnya dibuat nginep marwiyah sama wulan" ucap saya

"beneran bang? masa cantik - cantik hidup sendiri" kate kembali bertanya

saya pun menjawab "iya te, tadi saya kedalem ngobrol bareng pas mau minta ijin , kelihatan engga ada siapa - siapa di dalemnya". 

"mungkin sudah punya suami, suaminya sedang bekerja" kate membantah

"yah kalau kerja mah sudah sore kaya gini masa belum pulang" ujar saya

Bayu pun kembali berbicara "sudah dari pada penasaran, mending abis maghrib kita, ngopi ke situ, sambil menyelidiki, yatim piatu, janda atau sudah punya suami". 

Ucapan banyu disetujui oleh semua. kami pun kembali bergegas ke dalem, ada yang mandi, ada yang masak hingga tak terasa suara adzan maghrib berkumandang di telinga.

setelah menyelesaikan solat maghrib dan makan pertama, saya banyu dan kate, bersiap untuk main ke warung ngopi sambil menyelidiki rasa penasaran.

Sudah sampai di depan warungnya, "bu ibu, ibuuuuu" suara banyu keras kaya manggil temenya sendiri.

emang bayu ini mulutnya ember banget, ga pernah makan bangku sekolahan kayanya mah.

"iya mas" terdengar lembut dari dalam, kembang desa pun bergegas keluar.

"bu boleh ngopi disini" bayu tanpa basa basi

"silahkan mas, mau kopi apa" ibu itu mempersilahkan

kami bertiga pun duduk did epan teras, sambil menunggu kopi hitam cap kapal api datang menghampiri mulut laki - laki yang suka gombal.

tak berselang lama, ibu itu datang dengan kopi di tangan "silahkan mas"

"bu sini aja sih temenin ngobrol kita mau tau tentang desa ini" kata kate

Mumpung ada anak perempuan meski kelihatnnya tidak seperti perempuan, payudara nya engga ada, tubuhnya engga tinggi, lubang hidungnya kecil, yah begitulah tak enak dipandang.

ibu itu pun duduk membersami dengan kita, obrolan panjang, lama - lama diperhatikan,  ucapan dan pembicaraan tidak seperti ibu - ibu berdaster pada umumnya, sama kaya kita mahasiswa yang masih kuliah, cara bicara, intonasi dan candaanya juga.

disela obrolan ke utara ke kanan, ke barat dan ketimur, alias ngalor ngidul, saya pun bertanya

"bu maaf, kalau boleh cerita kenapa hidunya sendirian saja" tanya saya

Dengan wajah santai ibu itu menjawab "jangan panggil bu, panggil saya nita, saya seumuran ko dengan kalian"

mendengar jawaban itu, kami berdiam kaget, ko bisa ada ibu warung yang seumuran.

nita pun melanjutkan ceritanya " jadi begini mas, sama aku juga pernah kuliah kaya kalian di bandung, bapa dan ibu saya sudah broken home sejak saya kecil, ruamah ini warisan dari nenek dan kakek, saat kuliah di bandung dengan berat hati saya meninggalkan mereka berdua, komunikasi dengan bapa hanya melalui via telfon. dengan ibu tidak pernah ketemu, ada kabar dari saudara di luar negeri".

"Memang fenomena seperti ini sering terjadi di indramayu".dalam hati saya berkata.

"sejak saya pergi kuliah ke bandung, saya hidup sendirian di kosn, saya aktif orangnya mudah bergaul dengan siapa saja. selama satu tahun kurang lebih satu semester, nenek meninggal, tak berselang lama nyusul kakek"

"sedih juga kisah hidupnya nya mba" lirih suara perempuan kate terdengar.

"terus aku merasa kebingungan hidup sendiri, tapi dulu aku masih punya pacar, yang sudah bekerja, sehingga beban hidup ada yang membantu, tapi lama - lama tidak kuat" dia pun terus menjelaskan dengan nada semakin pelan.

raut wajahnya, terlihat kesedihan yang mendalam "terus terus mba " bayu bertanya

"terus aku nyerah dengan kuliahku, aku berfikir untuk apa kuliah, tohh sudah tidak ada lagi harapan, membahagiakn kakek dan nenek, mereka sudah tidak ada. ayah ibu engga tau kemana. Sudahlah aku pun telfon ke ayah".

"aku bilang pada ayah, yah aku udah engga kuat kalau terus begini, untuk apa kuliah juga. tidak disangka jawaban orang tua, menambah luka yang dalam".

"emang ayah mba jawab apa?" kate kembali bertanya untuk meneruskan cerita

" kata ayah aku suruh nikah saja, biar ada yang memikirkan dan memeberikan nafkah, lagianj kamu sudah pacaran lama dengan ardi."

seketika nita mengalami sesak dada setelah mengingat peristiwa itu, keputusan ayanya yang membuat harus nanggung hidup sendirian seperti ini.

saya pun coba untuk bertanya agar cerita tidak menggantung "terus mba nita jadi nikah sama ardi?"

"iyah, laki - laki yang sudah saya pacari sejak di bangku kelas 3 SMA itu, berani untuk menikahi, orang tuanya setuju, dan warung ini adalah salah satu warisan dari ardi".

"terus mas ardi kemana sekarang, belum pulang sedang kerja ?" tanya kate.

nita kembali melanjutkan ceritanya " meski kita sudah menikah, baru berjalan rumah tangga selama 6 bulan, ibu ardi tidak setuju  atas pernikahan muda dengan saya, keinginan ibu ardi berngkat ke luar negeri terlebih dahulu. dengan paksaan orang tua ardi tidak bisa tahan dengan tekanan, ardi pun berangkat ke luar negeri".

"enak dong suami mba nita di luar negeri, tinggal duduk nerima gaji." mulut bayu menggangu cerita nita.

"engga mas, ardi menceraikan saya, dengan bantuan pengacara dan kekuataan ibu, ardi menceraikan saya dari luar negeri". kata nita 

"yang sabar ya mba nita, ini jadi pembelajaraan kita yang beruntung masih bisa kuliah sampai dengan KKN" ucap saya menenangkan  mba nita.

"maaf juga perilaku teman - teman saya lancang sudah nanna kepribadian mba nita membuat mba nita harus mengenang masa lalu yang pahit."  ucap saya.

tiba - tiba marwiyah dan wulan datang, "eh kalian bertiga ngapain di sini" tanya marwiyah

"biasa mar, ngopi sambil cerita - cerita pengalaman hidup dengan mba nita"  ucap kate.

"iya sudah aku masuk dulu ganti pakaian, engga enak masih pake mukeunah" jawab marwiyah.

setelah lama berbincang dengan mba nita, kita bertiga pun kembali ke posko. "kasian ya hidup mba nita" kata kate.

"iya tuh, tapi benerkan jawab saya tadi sore, dia janda. lumayan tuh janda cantik pula" jawab bayu.

saya pun berkata " sudah bayu engga boleh kaya gitu, emang hidup di indramayu seperti ini, tidak herang kalau indramayu masuk daerah dengan angka perceraian tertinggi sejawa barat."

Indramayu memang terkenal dengan RCTI (Rangda Cilik Turunan Indramayu) artinya banyak janda  di usia muda, karena presfektif orang tua jaman dulu, bahwa anak perempuan lebih baik dinikahkan dari pada menjadi beban keluarga.

Indramayu juga penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Wanita (TKW) paling banyak sejawabarat, fenomena yang saya alami ketika dimasa KKN memang Fakta. 

Itu terjadi dua tahun yang lalu, pada saat ini dengan perkembangan teknologi dan informasi, diharapkan masyarakat indramayu sudah bisa melek akan pentinggya sumber daya manusia. Untuk menunjang kehidupan bukan hanya bekerja keluar negeri, namun berpendidikan tinggi adalah salah satu penunjang kesejahteraan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun