"iya sudah bu kami pamit dulu, nanti ke sini lagi" kami pun berpamitan bersalam, saat hendak mencium tangan ibu itu menolaknya.
Tanpa pikir panjang kita kembali ke posko, mencertiakan kepada teman yang lainnya, bahwa pemilik warung itu masih terlihat muda dan cantik.
Tidak terasa perbincangan kelompok setelah memebrsihkan posko, mengatur jadwal memasak, dan menyiapkan berkas - berkas untuk diberikan ke kepala desa sudah siap semuanya waktu sudah sore, sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Seperti biasa kerjaan anak laki - laki kalau di dalem sudah siap semua, menyiapkan secangkir kopi, duduk di teras, sambil bermain gitar. gitar ku petik, lagu kunyanyikan, sambil menyeruput segelas kopi "srupppppppt ah".
Membayangkan wajah ibu - ibu yang saya temui, sambil melihat ke warung itu, karena jaraknya tidak jauh. Â
Tiba - tiba ibu warung itu keluar dengan sapu ditanganya, kerjaan sehari -hari para ibu - ibu du desa. terlihat setelah dia menyapu, duduk di kursi depan, terlihat wajahnya murung dari nkejauhan memikirkan sesuatu yang sudah hilang.
Dari Posko bersama anak - anak tatapan kita semua tertuju pada permpuan yang duduk di depan teras. gitar berhenti, salah satu teman nyeletuk " masa ada ya wanita cantik hidup di desa memiliki warung, tidurnya sendirian" terdengar dari mulutnya.
Banyu yang mulutnya agak seperti perempuan menjawab "mungkin dia janda"
"hustttt jangan suzon dulu, siapa tau dia yatim piatu" ucap saya membantah.
Kate dari dalem posko keluar, "woyyy pada ngeliatin apa?, serius amat sih." suaranya yang keras membuat kita kaget, dan ibu warung pun mendengar melihat ke arah kita.
"yihhh berisik"Â suaara bayu menenangkan kate sambil memegang kepalanya.