"Baik Nyai. Akupun ingin tahu kedalaman ilmu Nyai." Jawab Sekar Arum sambil tertawa.
Wanita setengah tua berkepala gundul itu dengan ringannya melangkahkan kaki ke tengah ruangan. Diiringi tepuk tangan ketiga penontonnya mereka berhadapan dan bersikap sesuai keistimewaan ilmu kanuragan yang dimiliki. Sejenak kemudian merekapun bertempur dengan sengit.
Pada awalnya keduanya saling serang dan hindar dengan satu jurus seolah bergantian. Namun lama-lama mereka bertempur dengan rangkaian jurus yang dimainkan dengan cepat dan keras. Saling desak mendesak silih berganti dengan dahsyatnya.
Setahap demi setahap perbendaharaan ilmu yang mereka miliki muncul dalam pertarungan itu. Kini merambah dalam pertarungan tenaga dalam dan kecepatan gerak. Keduanya menggunakan ilmu peringan tubuh yang telah matang mereka kuasai.
Meski masih belia usia Dewi Kilisuci, masih hijau dalam jagat kanuragan, namun ia bisa membedakan kedua ilmu kanuragan yang dimainkan dua orang yang bertarung didepan.
Sekar Arum memperlihatkan jurus yang cepat keras dan ganas. Namun biksuni Kalyana Padmi mampu menepis dan menolak semua serangan dengan luwes dan lembut. Gerak tubuh pemuka buda itu demikian gemulai dan indahnya. Seolah ia tengah menari ditengah gelombang laut yang besar dan ganas yang menerjangnya.
Tanpa sadar gadis itu berteriak-teriak senang, tersenyum dan tertawa gembira dan bertepuk tangan bila melihat biksuni itu mampu melepaskan diri dari libatan serangan beruntun yang dilancarkan Sekar Arum.
Suatu saat pukulan dan tendangan beruntun Sekar Arum mengejar biksuni itu hingga terpepet ke dinding sanggar. Namun tiba-tiba wanita itu meloncat selangkah ke belakang, dan menggunakan telapak kaki kanannya yang menempel dinding sanggar untuk mendorong tubuhnya berjumpalitan diudara lewat diatas kepala Sekar Arum. Dengan indah tubuh mungilnya mendarat ditengah sanggar seperti kuntul mendarat dipersawahan.
Sekar Arum meraih sepasang pedang kayu yang bergantung di dinding dan membalikkan badannya untuk kemudian menyerang wanita gundul itu dengan cepat dan ganasnya. Namun tak terlihat mata biksuni Kalyana Padmi telah mengurai selendang yang semula melingkar di pinggangnya.
Dengan benda yang lemas itu Kalyana Padmi melayani serangan-serangan Sekar Arum dengan puncak ilmunya Garuda Sakti. Tetapi nampak wanita tua itu sama sekali tidak memperlihatkan kegugupan. Ujung selendangnya berulang kali menepis dan membelokkan arah serangan pedang Sekar Arum.
Dewi Kilisuci kian terpana, menyaksikan semua gerak ilmu yang dimiliki biksuni Kalyana Padmi. Dimatanya wanita itu seperti bidadari yang turun dari kahyangan untuk menari diatas gelombang laut yang sedang mengganas.