Dengan patuhnya gadis itu melaksanakan perintah Sekar Arum. Iapun nampak berlatih dengan penuh semangat. Sebentar saja keringatnya telah membasahi pakaian yang ia kenakan. Melihat itu Sekar Arum ragu terhadap kebenaran pendapat Senopati Naga Wulung.
Saat matahari sepenggalah, tiga orang memasuki sanggar. Mereka adalah Ki Ageng Gajah Alit, senopati Naga Wulung dan biksuni Kalyana Padmi. Mereka bergegas duduk diatas lantai sanggar dipinggir ruangan. Ketiganya asyik menyaksikan Sekar Arum melatih ilmu kanuragan dewi Kilisuci.
Ketiga orang itu nampak mengangguk-anggukkan kepala dan tersenyum senang. Merekapun kagum dengan kecerdasan gadis kecil itu menanggapi semua perintah Sekar Arum. Jurus-jurus yang pernah dipelajarinya bisa dimainkan dengan luwes.
Ketika latihan dihentikan untuk memberi kesempatan gadis itu istirahat, terdengar tepuk tangan biksuni Kalyana Padmi.
"Waah Dewi Kilisuci ternyata memiliki bakat terpendam untuk menjadi pendekar besar. Dengan cepatnya mampu menyerap jurus-jurus silat yang rumit dan tangguh." Kata biksuni.
"Aaah jangan memuji dulu Nyai. Baru sedikit jurus yang aku kuasai. Masih seujung kuku dari ilmu bibi Sekar Arum." Kata Dewi Kilisuci.
"Baru sedikit saja sudah mengagumkan. Andai semua ilmu bibimu bisa kau serap semua, tentu kau akan jadi pendekar yang menggetarkan." Jawab biksuni Kalyana Padmi.
Tiba-tiba senopati Naga Wulung membuka suara, ditujukan kepada Biksuni.Â
"Tidakkah biksuni ingin mencari keringat ? Alangkah asyiknya jika dua wanita pendekar mempertontonkan keindahan jurus-jurusnya." Kata Naga Wulung.
Wanita setengah tua itu tersenyum. Ia mengangguk-anggukkan kepala.
"Boleh juga. Akupun ingin  tahu ketinggian ilmu murid Nyai Rukmini, Si Walet Putih bersayap pedang." Katanya sambil berdiri.