"Aku belum sepakat dengan pendapatmu kakang. Barangkali perlu diuji kebenarannya. Kemana hati Dewi Kilisuci condongnya. Apakah benar-benar ingin menguasai ilmu kanuragan seperti aku, atau justru condong dengan ilmu lain seperti Biksuni."
"Barangkali ia ingin menguasai ilmu kanuragan, tapi sekedar untuk menjaga diri. Bukan untuk menundukkan musuh, apalagi membunuhnya."
"Baiklah. Lebih baik kita mengujinya, agar kita tahu kecenderungan batin sang dewi."
Kedua pendekar itu terus memacu kuda mereka. Dari jarak yang cukup jauh dari rumahnya, mereka mendengar suara seruling yang mengalun merdu dan indah. Terasa dada keduanya bergetar, ada kekuatan terpendam dalam alunan suara itu, yang mampu membangkitkan ilmu simpanan mereka.
Keduanya merasakan getaran lembut mengalir dari jantung mereka, merambat pelan menyelimuti seluruh kulit. Persis seperti apa yang mereka rasakan saat menghadapi lawan yang tengah mengeluarkan ilmu saktinya. Mereka saling berpandangan sejenak, dan saling menganggukkan kepala. Keduanya seolah sepakat bahwa mereka tengah dijajagi oleh biksuni Kalyana Padmi.
Saat masuk halaman rumah mereka melihat biksuni Kalyana Padmi tengah memangku kepala Dewi Kilisuci sambil duduk di beranda sanggar yang didirikan di depan rumah. Melihat dua muda-mudi itu datang biksuni Kalyana Padmi tersenyum. Ia hentikan permainan serulingnya sambil memberi isyarat bahwa sang Dewi tengah tidur.
"Hebat. Ternyata suara seruling yang mengandung daya magis itu untuk menidurkan Dewi Kilisuci." Kata Naga Wulung.
Sekar Arum yang mendengar ucapan lirih Naga Wulung mengangguk-anggukkan kepala. Ia semakin kagum dengan biksuni Kalyana Padmi. Dalam kelembutan perilakunya iapun menyimpan ilmu kesaktian yang dahsyat.
****
Esok harinya Sekar Arum melaksanakan rencana yang telah dipikirkannya semalam. Ia ingin tahu reaksi batin Dewi Kilisuci, dan menilai kemana kecenderungan minatnya terhadap jenis ilmu kanuragan. Apakah benar hasil pengamatan sepintas Naga Wulung, bahwa ilmu kanuragan yang dimilikinya kurang diminati Dewi Kilisuci.
Pagi-pagi sekali Sekar Arum mengajak Dewi Kilisuci memasuki ruang sanggar. Gadis yang telah mengenakan pakaian khusus untuk berlatih ilmu kanuragan itu diajaknya berlari-lari memutari ruang sanggar beberapa saat untuk memanaskan tubuhnya. Setelah dianggap cukup ia dibimbing untuk mengulang jurus-jurus yang pernah diajarkan.