"Sebuah kehormatan. Â Segeralah Nini Dewi mandi, mumpung yang lain masih belum keluar dari biliknya. Â Membiasakan mandi di pagi hari seperti ini akan menyegarkan tubuh dan menyehatkan badan. Â Aku sudah mandi sejak tadi, sebelum ayam berkokok di sana sini. Marilah aku antar ke pakiwan. Â Nini Dewi semalam langsung tidur di ranjang karena kecapean."
Dewi Kilisuci menganggukkan kepala. Â Dua orang wanita itu lantas melangkahkan kaki ke belakang menuju pakiwan. Â Dewi Kilisuci benar-benar menikmati dinginnya air di pagi hari, di sebuah pedesaan yang belum dikenalnya. Maja Legi.Â
Di luar dinding pakiwan yang terbuat dari anyaman daun kelapa itu, Â Biksuni Kalyana Padmi melanjutkan dendangnya dengan seruling di atas sebuah batu sembari menunggu Dewi Kilisuci membersihkan badan.
*****
Dalam perjalanan pulang dari barak calon prajurit di suatu sore, Senopati Naga Wulung memberitahukan tentang tugas yang harus diembannya dari Senopati Narotama kepada gadis yang menunggang kuda di sampingnya. Sekar Arum semula girang mendengar berita itu, namun kemudian ia menunduk sedih.
"Aku sebenarnya ingin menemanimu kakang, tapi aku sudah berjanji kepada Dewi Kilisuci untuk membimbingnya berlatih olah kanuragan. Aku tidak ingin mengecewakan dia." Kata Sekar Arum.
"Tapi aku melihat ada sedikit perubahan dalam diri Dewi Kilisuci. Ia nampak lebih ceria jika dekat Biksuni Kalyana Padmi. Namun sedikit ada rasa takut jika bercakap-cakap denganmu." Jawab Senopati Naga Wulung.
"Benarkah begitu kakang ? Aku kurang memperhatikan hal itu." Kata Sekar Arum.
"Perasaan gadis itu terlalu lembut untuk menjadi pendekar sepertimu. Ingatkah kamu ? Ia berteriak keras mencegahmu saat kau memenggal leher kedua musuhmu di hutan Jungabang." Kata senopati Naga Wulung.
"Iya, aku ingat. Namun aku tak berpikir sejauh kakang. Bahwa peristiwa itu sangat berpengaruh terhadap jiwa Dewi Kilisuci."jawab Sekar Arum.
"Pengaruhnya barangkali tak terlalu besar. Namun peristiwa itu justru mengungkap jati diri Dewi Kilisuci. Ia tak cocok menjadi muridmu. Namun lebih tepat menjadi sahabat biksuni." Kata Naga Wulung.