Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 60. Mimpi Seorang Biksuni

8 Desember 2024   18:19 Diperbarui: 8 Desember 2024   20:55 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa sebenarnya Nyi Sanak ? Sudah kenalkah Nyisanak dengan gadis ini  ?" Tanya Sekar Arum yang berdiri di samping Dewi Kilisuci.

"Amitaba Budha memberkati. Sudah dua pekan aku menunggu di tempat ini, agar bisa bertemu dengan junjunganku Nini Dewi Kilisuci. Sesuai petunjuk Sang Maha Budha.

Dalam mimpi aku telah diperkenankan oleh Maha Budha melihat wajah mulia Sang Dewi. Jika aku ingin bertemu diperintahkannya aku menunggu di sini. Dua pekan aku meditasi di bawah pohon ini untuk  menunggu kehadiran sang dewi.

Namaku Nanda atau biksuni Kalyanapadmi. Dalam  hidupku sebelumnya aku adalah emban pamomong Dewi Mahamaya, ibunda Sidarta Gautama, guru kami. Sang dewi  hendak turun kembali ke dunia, dalam wujud wanita putri Airlangga.

Hormatku untuk sang dewi. Amitaba, amitaba."

Semuanya yang mendengarkan nampak raut wajah mereka keheranan. Dewi Kilisucipun nampak bingung mendengar cerita itu. Namun hatinya tiba-tiba merasa senang, seolah-olah ia tertemu  kembali dengan orang yang sudah dikenalnya.

Tanpa ragu-ragu gadis itu melangkah menghampiri Nanda Kalyanapadmi, dan merangkul leher wanita yang berjongkok itu. Kalyanapadmi menangis kejar, iapun  memeluk Dewi Kilisuci dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Betapa malang hidupmu tuan putri. Masih belia telah ditinggalkan ibunda tercinta." Kata wanita itu.

Kata-katanya seketika meruntuhkan air mata Dewi Kilisuci. Gadis itu menangis kejar dalam rangkulan Nanda Kalyanapadmi. Keduanya berpelukan seperti ibu dan anak yang lama hidup terpisah.

*****

Setelah dua orang prajurit berpakaian petani itu dilepaskan totokannya oleh biksuni Kalyanapadmi, dan menjawab beberapa pertanyaan dari senopati Naga Wulung tentang asal-usul mereka, keduanya lantas diperintah untuk mengubur mayat keempat kawannya. Keduanyapun diperbolehkan pergi meninggalkan tempat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun