Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 52. Pertempuran di Jungabang

18 September 2024   14:17 Diperbarui: 18 September 2024   16:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Baru sejenak kaki Sembada mendarat di tanah, Soma Gedeg menyerangnya dengan pukulan melintang. Sembada menggerakkan kakinya melingkar, kemudian melontarkan tubuhnya ke belakang.

Ketika dua orang itu mengejar bersama-sama dan menyerangnya, Sembada menggerakkan cambuknya mendatar menghadang gerak mereka. Sebuah goresan melintang tergambar pada perut dan dada lelaki pengeroyoknya. Sebuah umpatan dan makian keluar dari mulut dua orang itu, baju merekapun robek karena karah baja diujung cambuk sembada.

"Setan alas, cucu demit. Kau robek bajuku."

"Hati-hatilah, sebentar lagi perutmu yang aku belah."

Demikianlah pertempuran itu semakin lama semakin sengit. Dua orang bersenjata sepasang penggada itu tak mampu mengurung Sembada dalam kepungan. Pemuda itu dengan gesit lincah dan ringannya menggerakkan badan untuk keluar dari garis serang musuh-musuhnya. Hingga berpuluh-puluh jurus keduanya tak dapat mendaratkan senjatanya ke tubuh lawan.

Sementara di lingkaran lain Sekar Sari bergerak dengan cepat melayang-layang seperti terbang mengitari kedua lawannya. Dua orang pemuda itu sedikit kebingungan melawan gadis cantik itu. Ternyata ilmunya sangat tinggi sekali. Tenaganyapun sangat besar, dan mampu membenturkan pedangnya dengan senjata dua pemuda itu.

"Gadis kuntilanak, cucu iblis." Salah seorang pemuda itu mengumpat.

Sekar Arum terus mengitari lawannya dengan gerak yang sangat cepat, sekali-sekali mengirim serangan beruntun yang membingungkan lawan. Sepasang pedangnya berdesing-desing mendirikan bulu roma.

Belum lama mereka bertempur mendadak mereka mendengar beberapa kaki kuda berderap menuju tempat mereka bersabung nyawa. Sembada dan Sekar Arum sadar, lawannya akan bertambah. Mereka tentu Dyah Tumambong dan anak buahnya.

Sebentar kemudian datanglah sekelompok prajurit berkuda, di pimpin oleh lelaki tegap kekar berkumis dan berjenggot lebat. Dialah Dyah Tumambong.

"Kalian belum mampu merangket dua orang ini ?" Kata Dyah Tumambong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun