Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 52. Pertempuran di Jungabang

18 September 2024   14:17 Diperbarui: 18 September 2024   16:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

"Apa yang kau bawa itu ?" Tanya Sembada.

"Hadiah Gusti Ayu Galuh Sekar. Aku belum tahu isinya." Kata Sekar Arum.

Gadis itu lantas membuka salah satu kotak itu. Mereka bertiga terperangah. Di dalam kotak itu terdapat sebuah kalung emas dengan bandul yang sangat cantik berbentuk bunga teratai yang indah. Di tengah bandul itu terdapat beberapa batu permata sebagai kelopak bunganya. Permata itu berwarna merah keunguan.

Sekar Arum membuka lagi kotak yang satunya, ternyata isinya kalung juga dengan bandul yang sama.

"Pasti itu diberikan untukmu dan Sekar Sari."

"Benar paman. Ini hadiah untuk kami berdua, agar kami kenakan saat menikah nanti." Kata Sekar tersenyum senang.

*****

Saat matahari sepenggalah esoknya, Sembada dan Sekar Arum telah memacu kudanya dalam perjalanan pulang ke kademangan Maja Dhuwur. Keduanya mengenakan kembali pakaian pendekar, celana dan baju hitam. Bahkan ikat kepala Sembadapun berwarna hitam.

Keduanya memacu kuda dengan kecepatan tinggi. Harapan mereka tengah malam sudah sampai di kademangan. Tak ada keinginan bagi mereka menginap di perjalanan.

Meski keduanya masih ingat tentang surat tantangan dari  Dyah Tumambong, namun mereka tidak membicarakannya. Jika benar punggawa baru istana itu mencegat mereka, keduanya tidak akan mengelak. Dalam hati Sembada bertekad untuk menghentikan keinginan ganjil Dyah Tumambong, merebut cinta Sekar Arum.

Dalam waktu singkat keduanya telah sampai di dusun Jungabang. Dusun itu nampak sepi sekali, meski tak ada tanda-tanda keanehan yang menarik perhatian sepasang muda-mudi itu. Meski demikian keduanya heran, di siang hari semua pintu rumah penduduk dalam keadaan tertutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun