"Mungkin sekali." Jawab Sembada.
"Kalau begitu mari kita segera terjun ke medan kakang. Membantu para cantrik Pasundan itu." Ajak Sekar Arum.
"Baiklah. Tempat ini sangat berbahaya bagi para cantrik itu. Jika salah satu tokoh sakti di pesanggrahan itu tahu, mereka bisa celaka."
Sembada dan Sekar Arum segera keluar dari persembunyian. Sepasang pedang segera beralih dari selongsongnya di punggung ke kedua tangan gadis itu. Demikian pula Sembada telah mengurai cambuknya yang melingkari perutnya.
Dengan teriakan lantang keduanya segera terjun ke medan pertempuran yang sangat riuh itu.
"Kami di pihak orang-orang Pasundan." Teriak Sekar Arum.
Dalam waktu singkat senjata keduanya telah memakan beberapa korban. Sepasang pedang Sekar Arum telah menyobek kulit dada beberapa lawannya. Sedangkan cambuk Sembada telah mencabut beberapa senjata dari tangan-tangan kekar anggota gerombolan itu.
Geraknya yang cepat keras dan tangkas sepasang pemuda dan pemudi yang baru terjun ke medan itu membuat kagum mereka yang merasa dibantu. Teriakan-teriakan pujian segera bergema dari mulut mereka.
"Hebat. Hebat. Seperti garuda bersayap pedang." Teriak sebagian dari mereka. "Cambuk ajaib, suaranya menggetarkan." Teriak yang lain. Padahal Sembada baru menggunakan tenaga wantahnya saja, belum memakai tenaga dalam, apalagi daya sakti Aji Tapak Naga Angkasa.
Kehadiran sepasang pemuda bersenjata sepasang pedang dan cambuk itu benar-benar menggetarkan hati orang-orang dari pesanggrahan itu. Salah seorang dari mereka berteriak keras agar terus bertahan.
"Bertahanlah kalian. Jangan gentar dengan dua orang gila itu." Teriaknya kepada pasukan yang bertempur..Â